Venesia siap menyaksikan momen penting dalam sejarah modern ketika dua figur besar bertemu di bawah payung cinta. Namun, di balik kemewahan tersebut, ada suara-suara yang mencoba menggugat moralitas acara ini.
Tepat pada Mei 2023, sebuah kapal pesiar bernama Koru menjadi saksi bisu awal dari hubungan serius antara Jeff Bezos dan Lauren Sánchez. Saat itu, Bezos dengan cerdik menyembunyikan kotak cincin di bawah salah satu bantal tempat tidur mereka. Tindakan romantis ini tidak hanya mengguncang hati Sánchez tetapi juga mengejutkan publik internasional. Menurut pengakuan Sánchez kepada Vogue, ia hampir tak dapat berdiri tegak saat melihat simbol komitmen tersebut.
Keluarnya kabar tentang pertunangan ini langsung mengundang spekulasi mengenai rencana pernikahan mereka. Berbagai media mulai meramalkan lokasi serta tamu undangan yang akan hadir. Bahkan, beberapa analis sosial memprediksi bahwa momen ini akan menjadi tonggak baru dalam industri hiburan dan pariwisata karena nama-nama besar seperti Katy Perry, Kim Kardashian, hingga Bill Gates telah dikaitkan sebagai potensi hadirin spesial.
Dengan estimasi biaya mencapai US$10 juta atau setara Rp160 miliar, pernikahan ini tentu saja menjadi pembicaraan hangat di berbagai kalangan. Para ahli ekonomi menyoroti bagaimana acara semacam ini bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal Venesia melalui peningkatan kunjungan wisatawan. Namun, di sisi lain, ada juga kelompok yang menilai bahwa konsep "eksploitasi kota" harus diperhatikan lebih serius.
Federica Toninelli, seorang aktivis berusia 33 tahun dari kelompok No Space for Bezos, menyampaikan keprihatinan terhadap fenomena overtourism yang semakin meluas. Ia menegaskan bahwa Venesia bukan sekadar latar belakang untuk pesta mewah. “Kami ingin menyuarakan agar kota ini tetap dijaga sebagai warisan budaya yang layak dihargai,” ujar Toninelli dalam wawancaranya dengan BBC International. Kelompok tersebut bahkan tidak ragu melakukan aksi protes dengan membentangkan spanduk di beberapa titik strategis termasuk Basilika San Giorgio Maggiore dan Jembatan Rialto.
Menghadapi polarisasi pandangan ini, wali kota Venesia tetap optimistis bahwa acara tersebut dapat diselenggarakan tanpa mengganggu rutinitas penduduk setempat. Seorang juru bicara resmi menyampaikan bahwa dengan jumlah undangan yang dibatasi hingga 200 orang, proses pelaksanaan akan relatif mudah diatur. “Venesia memiliki infrastruktur yang cukup baik untuk menangani acara skala besar tanpa mengorbankan kenyamanan warga maupun turis lainnya,” tambah juru bicara tersebut.
Bahkan, pihak pemerintah daerah percaya bahwa momen ini dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan emas untuk mempromosikan daya tarik wisata Venesia secara global. Langkah-langkah strategis seperti koordinasi dengan penyedia transportasi air dan pengaturan rute akses darat telah dipersiapkan guna memastikan semua berjalan lancar.