Dalam sebuah unggahan di media sosial X, mantan Juru Bicara Kepresidenan era Abdurrahman Wahid, Adhie M. Massardi, menyoroti perbedaan sikap dan karakter antara generasi muda masa kini dengan masa Soekarno. Melalui perbandingan ini, ia mencoba menggambarkan bagaimana nilai-nilai idealisme telah bergeser seiring berjalannya waktu. Dengan menyertakan kutipan dari Soekarno dan gambar mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, Adhie menunjukkan keprihatinannya terhadap kondisi anak muda yang tampaknya lebih tertarik pada posisi strategis ketimbang memperjuangkan ideologi besar.
Adhie juga memberikan pandangan tentang dinamika internal kelompok purnawirawan TNI. Ia menegaskan bahwa meskipun ada perbedaan sikap, tokoh seperti Try Sutrisno tetap dipandang representatif karena memiliki hubungan moral yang kuat dengan persepsi umum masyarakat. Unggahan ini mendapatkan banyak tanggapan dari publik, terutama dalam konteks pengaruh generasi terhadap arah bangsa.
Adhie Massardi mencatat bahwa zaman Soekarno ditandai oleh semangat idealisme anak muda yang ingin mengubah dunia. Sebaliknya, ia melihat bahwa saat ini generasi muda cenderung terlibat dalam hal-hal yang lebih materialistis, seperti mengejar jabatan sebagai komisaris di BUMN. Melalui pembandingan tersebut, Adhie menyoroti adanya pergeseran nilai yang signifikan antara dua periode sejarah Indonesia.
Ideologi besar yang dulu menjadi motivasi utama para aktivis muda tampaknya mulai pudar. Menurut Adhie, fenomena ini dapat dilihat dari cara anak muda masa kini menjalani hidup mereka. Daripada fokus pada perubahan sosial atau politik, generasi modern lebih tertarik pada stabilitas karier dan posisi strategis. Hal ini membuat Adhie merasa prihatin, karena ia percaya bahwa kekuatan pemuda adalah motor utama kemajuan bangsa. Oleh karena itu, ia mempertanyakan apakah dunia akan melihat perbedaan ini sebagai tanda mundurnya semangat nasionalisme.
Di luar isu generasi, Adhie juga membahas dinamika internal kelompok purnawirawan TNI. Meskipun ia menyadari adanya perbedaan pendapat di kalangan tersebut, ia menilai bahwa tokoh seperti Try Sutrisno masih memiliki relevansi moral dalam konteks masyarakat luas. Ini disebabkan oleh kemampuan Try untuk tetap sesuai dengan norma-norma sosial yang dipegang teguh oleh masyarakat umum.
Adhie menjelaskan bahwa meskipun mayoritas kelompok purnawirawan TNI mungkin tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan Try Sutrisno, sosok ini tetap dianggap penting karena mampu menjembatani perbedaan antara institusi militer dan aspirasi rakyat. Dalam diskusi internal, ia menekankan pentingnya mempertahankan hubungan yang harmonis antara kedua pihak ini. Melalui pendekatan yang lebih inklusif, Adhie berharap bahwa perspektif moral seperti yang diwakili oleh Try Sutrisno dapat terus berkembang dan mempengaruhi kebijakan nasional secara positif.