Berita
Perubahan Aksen Setelah Stroke: Kisah Sarah Colwill
2025-05-06

Seorang wanita asal Inggris, Sarah Colwill, mengalami kondisi langka setelah bangkit dari serangan stroke. Dia mulai berbicara dengan aksen Mandarin, meskipun belum pernah ke Asia. Dengan diagnosis Sindrom Aksen Asing (FAS), hidupnya berubah drastis dan membawa tantangan sosial yang sulit diatasi.

Selama lebih dari satu dekade, dia menghadapi pelecehan rasial dan ketidakmengertian dari masyarakat serta keluarganya sendiri. Selain itu, ia juga harus menanggung konsekuensi neurologis dari stroke tersebut, seperti kesulitan berjalan dan berbicara.

Pengaruh Sindrom Aksen Asing pada Hidup Sarah

Kondisi langka ini membuat Sarah berbicara dengan aksen asing yang tidak dikenalnya sebelumnya. Sindrom Aksen Asing (FAS) hanya tercatat dalam beberapa kasus di seluruh dunia. Meskipun telah menjalani perawatan medis, akibat dari stroke yang dialaminya tetap memengaruhi kemampuan berkomunikasinya secara normal.

Sarah Colwill mengalami transformasi dramatis setelah stroke yang terjadi 15 tahun lalu. Kini, dia berbicara dengan aksen Mandarin yang tidak dapat dijelaskan secara logis karena dia tidak memiliki pengalaman langsung dengan budaya atau bahasa tersebut. Dokter menyatakan bahwa stroke tersebut menyebabkan gangguan neurologis yang memengaruhi otak bagian yang bertanggung jawab atas kemampuan bicara. Akibatnya, cara dia mengucapkan kata-kata berubah secara signifikan, menciptakan pola aksen baru yang aneh bagi orang-orang di sekitarnya. Tantangan ini menjadi lebih rumit karena kurangnya pemahaman tentang FAS di kalangan masyarakat umum.

Dampak Sosial dan Emosional dari Perubahan Aksen

Tidak hanya fisik, sindrom ini juga memberikan dampak besar pada kehidupan sosial dan emosional Sarah. Ia menghadapi berbagai bentuk diskriminasi, termasuk tuduhan rasial dan penolakan oleh lingkungan sosialnya.

Berbicara dengan aksen asing di negara sendiri membawa banyak tantangan bagi Sarah. Selama bertahun-tahun, dia mengalami bullying dan pelecehan verbal dari masyarakat, termasuk seruan untuk "kembali ke negara asalnya," meskipun dia adalah warga negara Inggris asli. Bahkan anggota keluarganya sendiri merasa malu dan menyebutnya sebagai “orang aneh.” Situasi ini semakin parah ketika beberapa kelompok agama menuduhnya “kerasukan setan,” memperburuk kesehatan mentalnya. Keadaan ini hampir mendorongnya ke ambang bunuh diri, namun keberanian dan dukungan dari beberapa pihak membantu dia melalui masa-masa sulit tersebut.

more stories
See more