Di tengah persaingan global, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti posisi strategis perdagangan bursa karbon Indonesia. Meskipun memiliki potensi yang lebih unggul dibandingkan negara-negara tetangga seperti Jepang dan Malaysia, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam memaksimalkan pertumbuhan perdagangan ini di pasar ASEAN dan global. Salah satu tantangan utama adalah peningkatan likuiditas dan partisipasi pelaku pasar, serta pengembangan sistem laporan ESG yang akurat dan transparan. Untuk mengatasi hal ini, OJK menekankan pentingnya memperkuat ekosistem perdagangan karbon dengan standar dan kebijakan yang mendukung integrasi pasar internasional.
Dalam suasana musim kemarau yang panjang, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Inarno Djajadi menyampaikan bahwa meski Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin pasar karbon di kawasan ASEAN, ada beberapa hambatan yang perlu diatasi. Di Jakarta, Selasa (24/2), Djajadi menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah meningkatkan partisipasi aktif pelaku pasar dan likuiditas perdagangan. Selain itu, pengembangan sistem pelaporan ESG yang andal juga menjadi faktor penting untuk memastikan akurasi data emiten dan kesesuaian dengan standar internasional.
Untuk mencapai tujuan ini, OJK menyarankan langkah-langkah strategis, termasuk penyusunan regulasi yang lebih komprehensif dan penguatan infrastruktur pasar. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat membangun ekosistem perdagangan karbon yang transparan, efisien, dan kompetitif secara global. Potensi ini didukung oleh kekayaan sumber daya alam dan komitmen kuat terhadap emisi nol bersih. Selain itu, pengembangan produk derivatif unit karbon diperkirakan akan meningkatkan daya tarik dan likuiditas pasar karbon di Indonesia.
Djajadi juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas melalui pelaporan ESG yang mengacu pada standar internasional seperti Protokol Gas Rumah Kaca. Dengan demikian, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam integrasi pasar karbon baik di tingkat regional maupun global.
Dari perspektif seorang jurnalis, laporan ini memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan dan peluang perdagangan bursa karbon di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia memiliki potensi besar, upaya nyata diperlukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Langkah-langkah strategis yang direkomendasikan oleh OJK sangat penting untuk memastikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan sepenuhnya potensi ini dan menjadi pemimpin di pasar karbon global. Ini bukan hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang komitmen terhadap lingkungan dan masa depan yang lebih lestari.