Ekonomi Indonesia ditengarai mampu tumbuh signifikan meskipun ada proyeksi negatif dari lembaga internasional seperti IMF. Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menyoroti ketidakakuratan prediksi IMF pada tahun 2009 dan menegaskan bahwa Indonesia memiliki fondasi yang kuat untuk menghadapi krisis global. Dengan tingkat ekspor domestik mencapai 21% dari PDB serta kontribusi sektor domestik hingga 79%, Indonesia diyakini bisa menjaga pertumbuhan ekonomi antara 4,7% hingga 5%. Selain itu, kebijakan ekonomi yang tepat dan sentimen positif di kalangan publik menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Kondisi psikologis masyarakat juga berperan penting dalam memastikan ekonomi tidak terjebak dalam siklus self-fulfilling prophecy. Menurut Purbaya, ekspektasi negatif dapat menghambat investasi dan konsumsi, sehingga penting bagi semua pihak untuk tetap optimistis namun waspada.
Dalam menghadapi tantangan ekonomi global, Indonesia telah menunjukkan rekam jejak positif dengan berhasil melewati beberapa krisis besar. Sebagai contoh, pada tahun 2009 saat kondisi global sedang genting, Indonesia masih mampu mencatatkan pertumbuhan 4,6%. Hal ini membuktikan bahwa prediksi IMF yang menyebut angka hanya 2,5% ternyata jauh dari realitas. Dengan demikian, kepercayaan terhadap kemampuan sendiri harus dikedepankan.
Purbaya menegaskan bahwa pengalaman masa lalu menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia. Pada tahun-tahun krisis sebelumnya, seperti 1998, 2008-2009, dan 2020-2022, Indonesia telah berhasil bertahan melalui strategi yang tepat. Salah satu faktor penopangnya adalah daya beli domestik yang kuat, dengan kontribusi ekspor domestik mencapai 21% dari total PDB. Lebih lanjut, ia percaya bahwa jika Indonesia dapat mempertahankan pertumbuhan sektor dalam negeri sebesar 79%, maka pencapaian PDB 5% bukanlah hal mustahil. Proyeksi ini didukung oleh perbaikan kebijakan ekonomi yang dimulai sejak bulan Maret, yang diharapkan akan memberikan dampak positif mulai Mei hingga Juli.
Ekspektasi masyarakat menjadi elemen penting dalam menjaga stabilitas ekonomi. Purbaya menekankan pentingnya menghindari rasa takut berlebihan, karena hal tersebut dapat memicu efek psikologis seperti self-fulfilling prophecy. Ketika masyarakat yakin bahwa ekonomi akan anjlok, para pebisnis cenderung menunda investasi, sementara konsumen menahan diri untuk berbelanja. Akibatnya, aktivitas ekonomi melambat secara keseluruhan.
Untuk mencegah skenario buruk ini, Purbaya menyarankan agar pemerintah tidak hanya fokus pada kebijakan teknis tetapi juga memperhatikan aspek psikologis masyarakat. Pengaturan sentimen publik melalui informasi yang transparan dan optimistis sangat diperlukan agar keyakinan masyarakat tetap terjaga. Dengan pendekatan holistik ini, Indonesia dapat menghadapi gejolak ekonomi global tanpa harus khawatir berlebihan. Sejarah telah membuktikan bahwa ketika kondisi global gonjang-ganjing, Indonesia selalu berhasil menemukan cara untuk tetap stabil dan berkembang. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret seperti meningkatkan daya beli domestik dan menjaga kebijakan yang sesuai menjadi kunci sukses menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.