Dalam sebuah diskusi yang dipandu oleh Anneke Wijaya, Hernaman Tandianto, SEVP Head of Treasury & Distribution Bank CIMB Niaga, memaparkan pandangan tentang prospek penurunan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed) sebanyak dua kali pada tahun 2025. Meskipun kebijakan ini sangat bergantung pada arahan Presiden Trump, Indonesia juga diperkirakan akan mengikuti langkah serupa dengan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuannya hingga tiga kali, menurunkan tingkat bunga ke level 5%. Namun, perang dagang global dapat berdampak langsung pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi domestik, sehingga menjadi pertimbangan utama bagi BI dalam pengambilan keputusan.
Menjelang tahun 2025, perubahan kebijakan moneter global terus menjadi sorotan para pelaku pasar. Diskusi antara Hernaman Tandianto dan Anneke Wijaya membahas kemungkinan langkah-langkah penting dari bank sentral Amerika Serikat, yakni The Fed, yang diperkirakan akan melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali, dimulai pada bulan Juni. Kebijakan ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal AS tetapi juga oleh arah kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump. Dengan adanya ketidakpastian perdagangan internasional, dampaknya mungkin dirasakan secara luas, termasuk pada perekonomian Indonesia.
Pada sisi lain, Bank Indonesia juga sedang mempertimbangkan strategi penyesuaian suku bunga untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Proyeksi menunjukkan bahwa BI Rate dapat dikurangi sebanyak dua hingga tiga kali, yang akan menurunkan tingkat suku bunga menjadi 5%. Langkah ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi tanpa meningkatkan risiko inflasi yang signifikan. Namun, tantangan seperti dampak perang dagang yang dapat mempengaruhi inflasi dan laju pertumbuhan menjadi salah satu aspek krusial dalam pengambilan keputusan tersebut.
Di tengah gejolak global, yield obligasi Surat Berharga Negara (SBN) serta nilai tukar rupiah juga menjadi indikator penting yang harus diperhatikan. Fluktuasi pasar global dapat berdampak langsung pada dinamika pergerakan yield obligasi dan kurs rupiah terhadap mata uang asing. Oleh karena itu, koordinasi antara pemerintah dan bank sentral menjadi semakin vital guna menjaga stabilitas ekonomi makro.
Langkah-langkah kebijakan moneter yang diambil oleh bank-bank sentral di seluruh dunia, termasuk The Fed dan Bank Indonesia, memiliki potensi besar untuk membentuk arah perekonomian global dan domestik. Melalui analisis mendalam dan adaptasi terhadap kondisi pasar, kedua institusi ini berusaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus memitigasi risiko-risiko yang ada akibat ketidakpastian global.