Greenland dan Amerika Serikat (AS) menjadi dua dari delapan negara dengan cadangan mineral langka terbesar di dunia. Menurut data Survei Geologi AS, kedua negara ini menyimpan lebih dari satu juta metrik ton mineral tanah jarang yang berharga. Presiden AS Donald Trump pernah mencetuskan rencana kontroversial untuk menguasai Greenland dari Denmark dengan alasan keamanan nasional. Pulau besar yang sebagian besar tertutup es ini kaya akan emas, perak, tembaga, uranium, serta memiliki potensi besar dalam cadangan minyak di wilayah lautnya. Meskipun 80% permukaannya tertutup oleh es, sumber daya mineral melimpah di Greenland dapat menjadikannya aset strategis bagi AS.
Amerika Serikat menempati posisi ketujuh secara global dalam hal cadangan mineral tanah jarang dengan total 1,9 juta metrik ton. Negara ini telah memperkuat produksi tanah jarang melalui tambang Mountain Pass di California yang dikelola oleh MP Materials. Perusahaan ini sedang membangun fasilitas lanjutan untuk memproduksi magnet tanah jarang dan produk turunannya. Selain itu, pemerintahan Biden juga mendukung pengembangan teknologi pemrosesan mineral kritis melalui alokasi anggaran sebesar USD17,5 juta pada April 2024.
Di sisi lain, Greenland memiliki cadangan tanah jarang sebesar 1,5 juta metrik ton. Meskipun saat ini tidak melakukan produksi logam, negara kepulauan ini memiliki dua proyek besar, yaitu Tanbreez dan Kvanefjeld. Pada Juli 2024, Critical Metals menyelesaikan akuisisi saham mayoritas dalam proyek Tanbreez. Proses pengeboran dimulai pada bulan September untuk mengeksplorasi model sumber daya dan masa pakai tambang dari deposit tersebut.
Selama beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat telah memprioritaskan pengembangan industri mineral langka guna mengurangi ketergantungan terhadap impor. Melalui pendekatan inovatif dan investasi besar-besaran, AS berusaha memastikan pasokan mineral langka yang cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun internasional.
Berkat cadangan mineral yang melimpah, baik AS maupun Greenland memiliki peluang besar untuk memainkan peran penting dalam rantai pasokan mineral global. Potensi ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi tetapi juga dapat memengaruhi dinamika geopolitik dunia. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya mineral di kedua negara ini akan menjadi fokus utama di masa depan.