Pembuatan bahtera raksasa dalam kisah Nabi Nuh melibatkan berbagai tantangan teknis yang luar biasa. Dalam konteks modern, ukuran kapal tersebut terlihat mustahil untuk dibangun dengan kayu sederhana. Menurut catatan sejarah agama, dimensi bahtera ini mencapai hampir 150 meter panjangnya, menjadikannya setara dengan kapal kargo besar masa kini.
Salah satu misteri terbesar adalah jenis kayu yang digunakan. Disebutkan bahwa kayu gofir menjadi bahan utamanya, namun identitas pastinya tetap menjadi teka-teki bagi ilmuwan. Beberapa spekulasi menghubungkannya dengan jenis kayu seperti pinus atau cedar, tetapi ada juga dugaan bahwa istilah "gofir" merujuk pada metode pengolahan kayu canggih yang memberikan kekuatan luar biasa. Jika benar demikian, maka teknologi ini jauh lebih maju daripada apa yang dikenal saat itu.
Berhadapan langsung dengan prinsip fisika, desain bahtera harus mampu menahan tekanan air yang luar biasa selama banjir besar. Meskipun secara teoretis dapat mengapung, struktur kayu semacam itu sangat rentan di bawah kondisi ekstrem. Para ahli perkapalan modern menyebutkan bahwa batas maksimal panjang kapal kayu praktis hanya mencapai sekitar 90 meter. Hal ini membuat konstruksi bahtera Nuh semakin menakjubkan dan penuh pertanyaan.
Kisah pembangunan bahtera Nuh mengajarkan kita tentang kombinasi antara keyakinan mendalam dan pemahaman logis. Tantangan teknis yang begitu besar tidak hanya menunjukkan kecanggihan rekayasa zaman dahulu, tetapi juga simbol harapan di tengah kesulitan. Dengan dedikasi dan kerja keras, segala sesuatu yang tampak mustahil bisa dicapai, membuktikan bahwa iman dan ilmu pengetahuan dapat berjalan beriringan menuju pencapaian luar biasa.