Peristiwa memalukan terjadi di tengah proses demokratisasi daerah Bengkulu Selatan. Sebuah insiden yang melibatkan dugaan penangkapan ilegal terhadap seorang calon wakil bupati menjadi sorotan nasional. Pengamat politik A Bakir Ihsan menyoroti fenomena ini sebagai langkah mundur bagi penguatan sistem pemilu di Indonesia. Menurutnya, peristiwa tersebut mencerminkan adanya upaya sistematis untuk mengintimidasi pesaing politik melalui metode-metode yang tidak etis. Dalam konteks ini, tindakan semacam itu jelas melanggar prinsip kebebasan dan keadilan dalam pemilihan umum.
Gelombang kritik pun muncul dari berbagai kalangan menyusul pengungkapan kasus ini. Para pelaku diduga kuat merupakan bagian dari tim sukses pasangan nomor urut 03 yang merasa tidak siap menghadapi kekalahan. Tindakan mereka dianggap sebagai bentuk ketidakpatuhan terhadap hukum serta pelanggaran nilai-nilai demokrasi. Selain itu, upaya manipulasi informasi yang dilakukan dengan menyebarkan narasi palsu di media sosial semakin memperkeruh situasi. Akibatnya, citra publik terhadap korban tergerus secara signifikan, menciptakan ketidakadilan yang sulit diperbaiki.
Bakir menekankan perlunya langkah-langkah tegas dari Bawaslu untuk menangani kasus ini. Keberanian lembaga pengawas dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta lapangan akan menentukan arah masa depan demokrasi di wilayah tersebut. Jika dibiarkan tanpa sanksi yang memadai, praktik serupa dapat berkembang menjadi tren buruk dalam kontestasi politik lainnya. Oleh karena itu, semua pihak harus bersatu menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan sportivitas dalam setiap proses pemilihan umum. Hanya dengan begitu, demokrasi kita akan semakin kokoh dan dihormati oleh seluruh rakyat.