Pasar
Rupiah Menghadapi Tekanan Kuat Meski Dolar AS Melemah
2025-04-24

Pada hari Kamis, mata uang rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meskipun indeks dolar AS (DXY) juga menunjukkan penurunan. Kondisi ini terjadi setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menjaga suku bunga acuan tetap di angka 5,75%. Keputusan tersebut diambil dalam konteks ketidakpastian ekonomi global yang masih cukup tinggi. Nilai tukar rupiah ditutup pada Rp16.865 per dolar AS, yang menunjukkan penurunan sebesar 0,03%. Sementara itu, DXY turun ke level 99,44 dari sebelumnya 99,84. Penyebab utama pelemahan dolar adalah sikap Presiden AS Donald Trump yang lebih lunak terkait kebijakan perdagangan dengan Tiongkok dan komentar Menteri Keuangan Scott Bessent tentang embargo perdagangan AS-Tiongkok.

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS menjadi sorotan utama dalam perkembangan pasar valuta asing akhir-akhir ini. Meskipun DXY melemah, rupiah tampaknya tidak mendapatkan dukungan signifikan. Hal ini disebabkan oleh keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%. Menurut analisis Banjaran Surya Indrastomo, Chief Economist dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk., tekanan pada rupiah dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global serta reorientasi investasi keluar dari negara-negara emerging market seperti Indonesia. "Ketidakpastian global saat ini masih sangat tinggi, sehingga investor cenderung mencari tempat aman," ungkap Banjaran.

Di sisi lain, faktor lain yang mempengaruhi pelemahan rupiah adalah situasi geopolitik internasional. Sikap pemerintah AS yang mulai melunak terkait tarif perdagangan dengan Tiongkok telah berdampak langsung pada dinamika pasar keuangan global. Komentar dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menambah spekulasi bahwa embargo perdagangan antara kedua negara besar tersebut tidak akan bertahan lama. Namun, dia juga memperingatkan bahwa AS tidak akan segera menurunkan tarif barang-barang impor dari Tiongkok hingga lebih dari 100%, yang tetap menjadi kendala bagi pasar global.

Selain itu, kebijakan moneter domestik juga berperan penting dalam tren nilai tukar rupiah. Dengan mempertahankan suku bunga acuan, BI menunjukkan bahwa prioritas utamanya adalah menjaga stabilitas ekonomi nasional. Akan tetapi, langkah ini juga membawa risiko berupa aliran modal keluar dari Indonesia, terutama jika investor merasa pasar domestik kurang menarik dibandingkan pasar lainnya.

Meskipun ada beberapa indikator positif seperti penurunan nilai DXY, pelemahan rupiah terhadap dolar AS tetap menjadi isu yang perlu diwaspadai. Ketidakpastian global dan kebijakan moneter domestik yang konservatif dapat terus memberikan tekanan pada mata uang Garuda. Oleh karena itu, pengawasan ketat terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik tetap diperlukan agar kestabilan nilai tukar dapat dipertahankan.

more stories
See more