Pada perdagangan awal Rabu (30/4/2025), mata uang rupiah menunjukkan performa positif dengan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kenaikan ini sejalan dengan tren global yang melihat indeks dolar AS (DXY) turun tipis. Para pelaku pasar kini memfokuskan perhatian pada data ekonomi penting dari AS yang akan dirilis dalam waktu dekat, termasuk pengukuran inflasi dan perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartalan.
Di pagi hari, kurs rupiah dibuka pada angka Rp16.700 per dolar AS, mencerminkan penguatan 0,33% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya. Kenaikan ini melanjutkan momentum apresiasi sebesar 0,56% pada hari Selasa (29/4/2025). Secara global, DXY sempat melemah ke level 99,21, setelah berada di posisi 99,24 pada akhir perdagangan sebelumnya.
Dollar AS tampak stagnan di sekitar angka 99,2 karena para investor masih menunggu kabar resmi tentang dampak awal dari tarif baru yang diberlakukan oleh administrasi Trump. Salah satu fokus utama adalah indeks harga PCE bulan Maret serta estimasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal pertama tahun ini.
Pada sisi lain, defisit perdagangan barang AS melonjak ke rekor tertinggi pada bulan Maret lalu, yaitu US$162 miliar. Lonjakan ini jauh melampaui ekspektasi pasar dan didorong oleh lonjakan volume impor yang besar. Fenomena ini diyakini sebagai respons terhadap upaya perusahaan-perusahaan untuk mengamankan pasokan barang sebelum tarif baru mulai berlaku.
Untuk meredam potensi dampak negatif dari kebijakan tarif otomotif barunya, Presiden Donald Trump telah menandatangani beberapa perintah eksekutif yang memberikan insentif pajak dan pengurangan beban biaya material tertentu. Selain itu, ada indikasi bahwa kesepakatan perdagangan antara AS dan India dapat segera tercapai, sementara pembicaraan serupa juga sedang berlangsung dengan Jepang dan Korea Selatan.
Kondisi pasar saat ini menunjukkan bahwa meskipun rupiah berhasil menguat di awal perdagangan, sentimen global tetap dipengaruhi oleh ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan AS. Para analis menyatakan bahwa pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada dinamika eksternal, terutama hasil dari data ekonomi AS yang akan keluar dalam beberapa jam ke depan.
Berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi kunci dalam menentukan arah pergerakan nilai tukar rupiah di masa mendatang. Meskipun penguatan rupiah pada sesi perdagangan awal membawa semangat optimisme, tantangan global tetap harus diwaspadai. Keputusan selanjutnya dari pemerintah AS, termasuk langkah-langkah yang diambil terkait tarif dagang, kemungkinan besar akan mempengaruhi stabilitas mata uang emerging markets seperti rupiah.