Pada hari perdagangan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta membukukan kenaikan sebesar 0,2% pada pembukaan. Meskipun IHSG menunjukkan tren positif, pasar saham global masih menghadapi ketidakpastian akibat eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Sementara itu, bursa Asia-Pasifik bergerak di zona hijau, namun Wall Street mengalami penurunan signifikan setelah pernyataan dari Chairman The Fed yang memperingatkan dampak negatif dari ketegangan perdagangan terhadap ekonomi global.
Dalam pagi hari yang cerah di Jakarta, indeks utama BEI mencatat kenaikan tipis, dengan sebanyak 178 saham naik dan hanya 101 saham turun. Di sisi lain, bursa Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia juga melaporkan kenaikan meski tidak begitu signifikan. Namun, situasi di Hong Kong sedikit berbeda karena bursa berjangka untuk indeks Hang Seng menunjukkan kelemahan dibandingkan dengan penutupan terakhirnya.
Berita buruk datang dari Wall Street, di mana Dow Jones Industrial Average jatuh hampir 2%, dipengaruhi oleh ancaman tarif tinggi terhadap produk-produk China oleh pemerintahan AS. Ketegangan ini meningkat setelah Gedung Putih mengumumkan akan menerapkan tarif hingga 245% atas impor barang-barang dari Tiongkok sebagai bentuk balasan atas tindakan serupa yang dilakukan Beijing.
Tiongkok sendiri menyatakan tidak takut menghadapi langkah-langkah tersebut, dengan juru bicara Kementerian Luar Negerinya Lin Jian menegaskan bahwa meskipun Tiongkok tidak ingin melanjutkan perang dagang, mereka siap untuk bertahan jika diperlukan.
Di tengah ketegangan ini, Chairman The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral AS menghadapi tantangan besar dalam menentukan kebijakan moneter ke depan karena risiko inflasi dan perlambatan ekonomi semakin menjadi fokus utama.
Para analis lokal memprediksi bahwa IHSG cenderung melemah dalam beberapa hari ke depan, terutama selama libur panjang yang dapat memicu aksi jual besar-besaran oleh para pelaku pasar.
Ketegangan perdagangan ini telah berlangsung sejak Maret lalu, dan tampaknya belum ada solusi cepat untuk meredam situasi yang semakin memanas.
Dari sudut pandang seorang wartawan atau pembaca, artikel ini memberikan gambaran tentang betapa kompleksnya hubungan perdagangan global dan dampaknya terhadap pasar modal dunia. Ini menunjukkan pentingnya diplomasi ekonomi serta stabilitas geopolitik dalam menjaga pertumbuhan ekonomi global. Dengan adanya potensi konflik dagang yang lebih dalam, investor harus bersiap menghadapi volatilitas pasar yang lebih besar di masa mendatang.