Pasar
Penurunan IHSG Ditandai dengan Aktivitas Jual Bersih Investor Asing
2025-04-17

Pada perdagangan Rabu (16/4/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan sebesar 0,65%. Penutupan ini mencatatkan posisi terakhir di angka 6.387,23 dengan dominasi saham yang turun lebih banyak daripada yang naik. Dari total 791 saham yang diperdagangkan, hanya 250 saham yang menguat, sementara 331 saham melemah dan sisanya stagnan. Nilai transaksi pada hari itu cukup tinggi, yakni Rp 20,78 triliun melalui lebih dari satu juta kali transaksi.

Kinerja Sektor dan Peran Investor Asing dalam Penurunan IHSG

Dalam laporan terbaru, pergerakan IHSG dipengaruhi oleh performa tiga sektor utama: utilitas, finansial, dan konsumer primer. Masing-masing menunjukkan tren negatif, dengan utilitas menjadi yang paling terdampak, mencatatkan penurunan hingga 3,95%. Sektor finansial dan konsumer primer juga tidak lepas dari tekanan pasar, masing-masing turun sekitar 1,33% dan 1,24%.

Selain faktor sektor, aktivitas investor asing berperan besar dalam laju IHSG. Pada sesi tersebut, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 8,21 triliun. Sebagian besar transaksi ini terjadi di pasar negosiasi dan tunai, mencapai Rp 7,85 triliun, sementara sisanya berasal dari pasar reguler. Salah satu penyebab utama adalah transaksi nego saham EXCL, yang memicu lonjakan net foreign sell.

Berbagai emiten besar juga ikut andil dalam penurunan IHSG. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), salah satu saham konglomerat milik Prajogo Pangestu, memberikan dampak signifikan dengan kontribusi 11,41 indeks poin terhadap pelemahan IHSG. Di sisi lain, saham-saham bank seperti Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga menjadi target utama aksi jual asing.

Dari sudut pandang analisis, situasi ini mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap kondisi ekonomi global dan domestik. Investor asing tampaknya masih cenderung melakukan realokasi aset sebagai respons terhadap dinamika politik dan kebijakan moneter global. Bagi pelaku pasar lokal, momen ini dapat menjadi kesempatan untuk mempertimbangkan strategi investasi jangka panjang, terutama dengan memilih saham yang memiliki fundamental kuat namun saat ini sedang ditekan harga akibat sentimen pasar.

more stories
See more