Pasar
Investor Mengalihkan Dana ke Obligasi dan Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
2025-04-16

Pada masa ketidakpastian ekonomi baik global maupun domestik, banyak investor memilih untuk melakukan relokasi dana mereka. Produk-produk seperti obligasi negara serta emas menjadi alternatif populer dibandingkan instrumen investasi lainnya seperti reksadana atau saham. GM Divisi Wealth Management PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., Henny Eugenia, mencatat bahwa penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) mencapai Rp3 triliun, sementara Sukuk Tabungan (ST) melebihi Rp1,5 triliun. Meskipun ada peminat terhadap reksadana, mayoritas lebih tertarik pada hasil pasti dari surat berharga negara (SBN). Di sisi lain, Plt. Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk., Bob Tyasika Ananta, menyebut bahwa emas juga mengalami lonjakan permintaan dengan pertumbuhan saldo sebesar 40% secara year to date (ytd).

Ketidakpastian ekonomi telah mendorong perubahan perilaku investor dalam menempatkan uang mereka. Menurut Henny Eugenia, nasabah wealth management semakin tertarik pada produk-produk yang memberikan imbal hasil tetap, seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Tabungan (ST). Produk-produk ini mendapatkan respons positif dari kalangan investor, bahkan orang kaya pun mulai beralih dari instrumen investasi yang lebih agresif. ORI berhasil menembus angka Rp3 triliun dalam penjualan, sementara ST mencatat angka di atas Rp1,5 triliun.

Selain itu, para nasabah wealth management cenderung menjauhi reksadana karena hanya sedikit yang benar-benar memahami trading saham. Sebaliknya, produk obligasi di BNI tumbuh hingga 26%, menjadi kontributor utama dalam meningkatkan nilai Asset Under Management (AUM). Dalam kondisi pasar yang fluktuatif, AUM di BNI naik signifikan sebesar 18% secara tahunan, didukung oleh peningkatan tabungan nasabah premium sebesar 16% yoy.

Berbeda dengan tren di BNI, PT Bank Syariah Indonesia (BSI) melihat lonjakan minat terhadap emas sebagai bentuk investasi alternatif. Plt. Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, menyampaikan bahwa saldo emas di bank tersebut meningkat sebesar 40% secara ytd hingga April 2025. Penjualan emas sendiri tumbuh 25% secara tahunan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Vice President Digital Strategy and Development BSI, Riko Wardhana, yang mengakui adanya peningkatan besar dalam pembelian emas selama bulan April.

Sejak Februari, rata-rata penjualan emas di BSI bertambah dari sekitar 30 kilogram per bulan menjadi 125 kilogram pada April. Meskipun tidak memiliki data spesifik tentang jumlah perpindahan dana, namun jelas bahwa emas menjadi pilihan favorit bagi investor yang ingin menghindari risiko pasar saham yang turun.

Dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, relokasi dana ke instrumen-instrumen aman seperti obligasi dan emas menjadi strategi populer. Obligasi negara terbukti menarik bagi kalangan investor kaya yang mengincar return tetap, sementara emas menjadi pelarian bagi mereka yang ingin melindungi aset dari volatilitas pasar saham. Pertumbuhan signifikan dalam penjualan ORI, ST, dan emas menunjukkan bahwa investor semakin cerdas dalam mengelola risiko portofolio mereka di tengah gejolak ekonomi.

more stories
See more