Pada malam hari yang penuh ketegangan, Rusia mengambil langkah drastis dengan menutup seluruh bandara utama di Moskow setelah serangkaian serangan pesawat tanpa awak dari Ukraina. Kejadian ini merupakan bagian dari konflik berkepanjangan antara kedua negara yang telah memasuki tahun keempatnya. Otoritas penerbangan Rusia, Rosaviatsia, memberikan pernyataan resmi bahwa penutupan sementara dilakukan demi menjaga keselamatan publik. Wali Kota Moskow melaporkan penghancuran lebih dari belasan pesawat tanpa awak sebelum mencapai pusat kota, meskipun beberapa puing berhasil mendarat di wilayah strategis. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Pada masa-masa sulit musim semi, ibu kota Rusia menjadi sasaran serangan udara untuk malam kedua secara berturut-turut. Menurut laporan terbaru dari Sergei Sobyanin, wali kota Moskow, 19 unit pesawat tanpa awak milik Ukraina telah dihadang dan hancur oleh sistem pertahanan Rusia. Beberapa fragmen jatuh di jalur akses utama menuju kota, namun tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerugian besar pada infrastruktur vital. Selain itu, serangan juga terjadi di kota-kota lain seperti Penza dan Voronezh, serta di wilayah Kharkiv dan Kyiv di Ukraina. Insiden ini menunjukkan eskalasi signifikan dalam taktik militer yang digunakan oleh kedua belah pihak.
Dalam konteks yang lebih luas, serangan ini adalah kelanjutan dari serangkaian operasi yang dimulai sejak invasi Rusia ke Ukraina lebih dari tiga tahun lalu. Pada bulan Maret, salah satu serangan terbesar yang diluncurkan oleh Ukraina menyebabkan korban jiwa di Moskow.
Di tengah ketegangan yang semakin meningkat, blogger militer Rusia melaporkan adanya kerusakan tambahan pada gedung-gedung apartemen di bagian selatan Moskow, meskipun informasi ini belum diverifikasi secara resmi.
Dari perspektif internasional, serangan ini menunjukkan bahwa perang modern semakin bergeser ke arah pertempuran teknologi canggih, dengan drone sebagai senjata utama.
Dari sudut pandang jurnalis, insiden ini menyoroti pentingnya diplomasi dan komunikasi lintas batas dalam menghindari eskalasi konflik. Ketegangan antara Rusia dan Ukraina bukan hanya soal pertempuran fisik tetapi juga perang informasi dan teknologi. Pembaca dapat memahami bahwa solusi damai harus dicari agar tidak ada lagi korban akibat perang tak terlihat ini. Dengan demikian, semua pihak harus berusaha keras untuk membuka dialog guna meredakan situasi yang semakin memanas.