Kelompok pemberontak Houthi Yaman mengumumkan peluncuran rudal balistik yang menargetkan bandara dan lokasi militer Israel serta kapal induk bertenaga nuklir Amerika Serikat. Serangan ini dilakukan sebagai bentuk protes atas serangan udara yang terus-menerus dari AS terhadap wilayah mereka. Militer Israel mengonfirmasi telah mencegat beberapa rudal tersebut, sementara AS belum memberikan tanggapan resmi tentang serangan terhadap armada mereka.
Ketegangan semakin meningkat seiring dengan operasi besar-besaran oleh Komando Pusat AS (CENTCOM) yang melibatkan serangan udara ke basis-basis Houthi di Yaman. Kelompok Houthi menyatakan bahwa serangan mereka bertujuan untuk melawan agresi AS dan mendukung rakyat Palestina di Gaza. Situasi ini memperburuk situasi geopolitik di wilayah Laut Merah dan Teluk Aden.
Pasukan Houthi secara tegas mengincar lokasi-lokasi strategis milik Israel seperti bandara Ben Gurion dan fasilitas militer lainnya di selatan Tel Aviv. Selain itu, mereka juga menargetkan kapal-kapal perang AS di Laut Merang, termasuk kapal induk USS Harry S Truman. Aksi ini diambil sebagai respons terhadap serangan udara AS yang telah menewaskan dua orang warga sipil di dekat ibu kota Yaman, Sanaa.
Dalam upaya melawan dominasi militer, Houthi menggunakan rudal balistik canggih untuk menyerang target penting milik musuh. Menurut juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, rudal tersebut dirancang khusus agar dapat menembus sistem pertahanan udara modern. Meskipun militer Israel berhasil mencegat beberapa rudal, dampak psikologis dari aksi ini tetap signifikan. Houthi menekankan bahwa serangan ini merupakan bagian dari perlawanan terhadap agresi berkelanjutan dari negara-negara kuat.
Sejak 15 Maret, Amerika Serikat melancarkan operasi militer skala besar di Yaman melalui Komando Pusat (CENTCOM). Tujuan utama operasi ini adalah untuk melindungi jalur pelayaran internasional di Laut Merah dan Teluk Aden dari ancaman kelompok Houthi. Namun, langkah ini justru memicu reaksi keras dari Houthi yang mengklaim solidaritas dengan rakyat Palestina yang menjadi korban konflik di Gaza.
Situasi semakin rumit karena serangan udara AS hampir setiap hari dilaporkan menimbulkan korban jiwa di wilayah yang dikuasai Houthi. Kelompok ini menuduh AS melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan tidak membedakan antara target militer dan sipil. Di sisi lain, Washington berargumen bahwa operasi mereka bertujuan untuk menjaga stabilitas regional dan mencegah eskalasi lebih lanjut. Kondisi ini menciptakan lingkaran setan yang sulit diputuskan, di mana kedua belah pihak saling menyalahkan atas kerugian yang terjadi.