Gigantik energi asal Britania Raya, BP, menghadapi penurunan signifikan dalam laba bersihnya pada kuartal pertama tahun 2025. Penyebab utamanya adalah pelemahan penjualan gas alam, margin kilang yang menyusut, serta volatilitas pasar yang dipicu oleh ancaman tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam laporan keuangannya, perusahaan mencatat laba bersih setelah pajak turun drastis hingga 70%. Selain itu, total pendapatan juga menunjukkan penurunan sebesar 4%. Perusahaan berupaya menyesuaikan strateginya dengan memfokuskan kembali pada produksi bahan bakar fosil dan mengurangi investasi energi bersih.
Langkah ini mendapatkan kritik tajam dari kelompok lingkungan hidup karena bertentangan dengan komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon. Di sisi lain, tekanan dari pemegang saham meningkat dengan kedatangan Elliott Investment Management, dana aktivis dari Amerika Serikat yang telah memiliki lebih dari 5% saham BP. Hal ini mendorong perubahan strategis yang lebih mengutamakan pengembalian investasi kepada para pemegang saham.
BP berjuang melawan tantangan besar dari dinamika pasar yang tidak stabil dan ancaman resesi global akibat kebijakan proteksionisme ekonomi. Penurunan harga minyak mentah dan permintaan energi global menjadi beban berat bagi perusahaan. Untuk menghadapi situasi ini, BP memilih untuk melakukan evaluasi ulang terhadap fokus strategisnya, termasuk kembali memprioritaskan produksi fosil sebagai sumber pendapatan jangka pendek.
Pasar global yang semakin tidak menentu telah memberikan dampak serius terhadap hasil operasional BP. Dalam upaya menstabilkan kondisi finansial, perusahaan membuat keputusan kontroversial untuk menghentikan target pengurangan karbon yang sebelumnya menjadi bagian integral dari misinya. Meskipun langkah ini dirancang untuk meningkatkan profitabilitas, ia juga mengundang kritik pedas dari berbagai pihak yang mendesak BP tetap berkomitmen pada transisi menuju energi bersih. CEO Murray Auchincloss menegaskan bahwa perusahaan akan terus beradaptasi dengan perubahan cepat di sektor energi, sambil menjaga efisiensi biaya dan daya saing global.
Berita kedatangan Elliott Investment Management sebagai pemilik saham signifikan BP menambah kompleksitas dalam struktur kepemimpinan perusahaan. Dana aktivis tersebut dikenal dengan intervensi agresifnya demi meningkatkan nilai perusahaan. Tekanan dari pemegang saham untuk meningkatkan harga saham dan memberikan hasil yang lebih baik bagi investor semakin intens. Ini memaksa BP untuk menyeimbangkan antara ekspektasi finansial jangka pendek dan tanggung jawab terhadap isu-isu lingkungan jangka panjang.
Kehadiran Elliott Investment Management membawa angin segar bagi para pemegang saham yang ingin melihat perubahan radikal dalam kebijakan perusahaan. Namun, hal ini juga memunculkan ketidakpastian baru terkait arah strategis BP ke depannya. Para analis memprediksi bahwa Elliott kemungkinan akan mendorong restrukturisasi organisasi guna meningkatkan efisiensi dan pengembalian modal. Langkah-langkah ini dapat melibatkan pengurangan investasi di bidang energi hijau dan fokus lebih besar pada divisi tradisional seperti produksi minyak dan gas. Walaupun demikian, tantangan utama bagi BP adalah mempertahankan reputasi globalnya sebagai pelopor dalam inovasi energi tanpa mengorbankan nilai-nilai inti perusahaan.