Harga minyak mentah saat ini menunjukkan kestabilan setelah mengalami kenaikan signifikan dalam periode lebih dari enam minggu. Investor tengah mempertimbangkan dampak ancaman tarif baru yang akan diberlakukan Amerika Serikat terhadap impor dari Kanada dan Meksiko, efektif mulai Maret 2025. WTI bergerak di sekitar US$70 per barel setelah melonjak pada hari Kamis, sementara Brent mencapai sedikit di atas US$74 per barel. Presiden AS Donald Trump telah menyatakan rencana pengenaan bea masuk baru, termasuk potensi tarif 10% untuk produk energi asal Kanada. Kebijakan ini mungkin meningkatkan biaya minyak mentah namun juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meredam permintaan minyak.
Perkembangan ini datang di tengah ketidakpastian ekonomi global. Secara bulanan, harga minyak mentah cenderung melemah karena data ekonomi yang kurang memuaskan dan meningkatnya kekhawatiran tentang pertumbuhan global. Selain itu, AS juga telah menaikkan tarif terhadap China, salah satu importir minyak terbesar dunia. Di sisi pasokan, ekspor minyak melalui pipa dari wilayah Kurdistan di Irak kemungkinan akan dimulai kembali, meskipun OPEC+ diprediksi akan menunda peningkatan produksi.
Konflik Ukraina juga menjadi faktor penting. Presiden Trump menyatakan bahwa negosiasi perdamaian sedang berlangsung dengan baik, meski belum ada kesepakatan akhir. AS berkomitmen menjadi mitra utama dalam pengembangan sektor ekstraksi komoditas Ukraina, termasuk minyak, gas, mineral, dan logam langka.
Pertumbuhan ekonomi global dan dinamika geopolitik memiliki dampak signifikan terhadap pasar minyak. Perubahan kebijakan perdagangan dan tarif oleh pemerintah AS berpotensi mempengaruhi stabilitas harga minyak mentah. Meskipun adanya ancaman tarif baru, situasi ini tetap ditinjau dengan hati-hati oleh para pelaku pasar, sambil memantau perkembangan terbaru dalam negosiasi perdamaian dan kondisi ekonomi global.