Pasar
Situasi Rupiah dan Dampak Perang Dagang Global: Perspektif Luhut Pandjaitan
2025-04-08

Dalam sebuah acara ekonomi di Jakarta, Kepala Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyampaikan bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar AS hingga menyentuh angka Rp 17.000 masih dalam batas normal. Meskipun nilai tukar rupiah mencapai titik terendah sepanjang sejarah pada akhir pekan lalu, DEN telah melakukan simulasi untuk memprediksi dampak dari perang dagang global terhadap perekonomian Indonesia. Penekanan juga diberikan pada tekanan yang mungkin timbul akibat perlambatan ekonomi Tiongkok dan pengaruh kebijakan tarif Amerika Serikat.

Analisis Mendalam Terkait Pelemahan Rupiah dan Perang Dagang

Pada Selasa (8/4/2025), di Menara Mandiri, Jakarta, Luhut menyatakan bahwa pelemahan rupiah hingga menyentuh level Rp 17.059/USD tidak semata-mata menunjukkan ketidakstabilan ekonomi nasional. Pernyataan ini dibuat setelah data Refinitiv menunjukkan penurunan signifikan nilai mata uang Garuda. Awalnya, rupiah ditutup pada posisi Rp 16.555/USD sebelum libur Lebaran, namun kini bergerak lebih rendah menjadi Rp 16.860/USD.

Luhut menjelaskan bahwa pelemahan tersebut dapat dipandang sebagai salah satu bentuk penyerapan tekanan global, termasuk dampak dari langkah-langkah proteksionisme ekonomi Amerika Serikat. Ia juga menyoroti risiko besar yang bisa mengancam Indonesia jika perang dagang berlanjut secara luas, terutama melalui efek lanjutan dari perlambatan ekonomi Tiongkok.

Simulasi yang dilakukan oleh DEN menunjukkan bahwa meskipun ada potensi kontraksi global akibat penerapan tarif resiprokal, dampak langsung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia relatif terbatas. Hal ini disebabkan karena proporsi ekspor Indonesia terhadap PDB hanya sekitar 23,8%, dengan ekspor ke Amerika Serikat hanya mencakup 10% dari total ekspor nasional.

Dari perspektif pemerintah, DEN terus memantau perkembangan global dan siap merespons dengan strategi yang tepat guna menjaga stabilitas ekonomi domestik.

Berdasarkan analisis ini, jelas bahwa situasi saat ini bukanlah indikator ancaman serius bagi ekonomi Indonesia. Sebagai gantinya, ini adalah kesempatan untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional agar lebih tangguh menghadapi tantangan global.

Dari sudut pandang seorang pembaca atau wartawan, laporan ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya diversifikasi ekonomi dan mitigasi risiko dalam menghadapi turbulensi global. Meskipun tekanan eksternal tak terhindarkan, langkah-langkah proaktif seperti simulasi dampak oleh DEN dapat membantu meminimalkan kerugian dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. Ini juga menunjukkan bahwa transparansi informasi sangat krusial dalam menjaga keyakinan publik terhadap kondisi ekonomi negara.

more stories
See more