Kemacetan lalu lintas yang terjadi di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara, telah menarik perhatian berbagai pihak. Husny Mubarok Amir, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta, mengungkapkan keprihatinan atas dampak buruk dari kemacetan tersebut bagi masyarakat umum. Menurutnya, situasi ini telah berlangsung beberapa kali dalam waktu yang cukup lama, menyebabkan banyak warga Jakarta mengalami kesulitan dan kerugian signifikan.
Pengelolaan sistem logistik yang lebih baik menjadi solusi utama untuk mengatasi masalah ini. Husny menekankan perlunya pengaturan jadwal yang lebih terorganisir terkait dengan kegiatan keluar masuk truk serta proses bongkar muat kontainer. Dengan pendekatan manajemen yang efektif, potensi terjadinya kemacetan besar dapat diminimalisir secara signifikan. Selain itu, diperlukan sinergi antara pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta melalui diskusi mendalam mengenai kerja sama bisnis, termasuk penanaman saham atau proyek joint venture seperti contoh PT Kawasan Berikat Nusantara Persero (KBN).
Peristiwa ini juga mencerminkan pentingnya sikap kepemimpinan yang bertanggung jawab. Meskipun Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, telah meminta maaf atas insiden ini, Husny menegaskan bahwa kemacetan tersebut bukan sepenuhnya tanggung jawab gubernur. Permintaan maaf tersebut merupakan manifestasi empati seorang pemimpin terhadap rakyatnya. Melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, harapan akan pengurangan beban transportasi di Tanjung Priok bisa terwujud, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terus ditingkatkan.