Pasar keuangan di Indonesia mengalami penurunan signifikan akibat berbagai tantangan eksternal. Berdasarkan data terbaru, nilai tukar rupiah melorot 0,43% menjadi Rp16.340 per dolar AS pada hari Selasa, mengakhiri tren penguatan yang telah berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Penyebab utamanya adalah kebijakan tarif impor yang akan dilanjutkan oleh Amerika Serikat terhadap Kanada dan Meksiko serta penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley. Situasi ini menciptakan ketidakpastian global dan mempengaruhi pasar mata uang, termasuk rupiah.
Kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat menambah tekanan pada pasar keuangan global. Pernyataan Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada Senin malam mengonfirmasi bahwa tarif tersebut akan tetap berlaku sesuai jadwal setelah sebulan penundaan. Ini kembali memicu ketidakpastian global dan menekan nilai mata uang berbagai negara, termasuk rupiah. Trump juga menegaskan bahwa kebijakan tarif timbal balik akan diterapkan karena AS merasa telah lama dimanfaatkan oleh negara-negara lain.
Selain itu, Morgan Stanley secara resmi menurunkan peringkat saham Indonesia dari equal-weight menjadi underweight dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). Langkah ini didasarkan pada melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan meningkatnya tekanan pada profitabilitas sektor siklikal. Laporan terbaru Morgan Stanley menunjukkan bahwa return on equity (ROE) di China mulai pulih, sementara Indonesia menghadapi perlambatan ekonomi yang berdampak negatif pada sektor-sektor penting. Analis Morgan Stanley lebih memilih pasar Asia lainnya yang dianggap lebih menjanjikan.
Penurunan peringkat ini menjadi tantangan bagi pasar saham dan rupiah, karena dapat memicu aliran keluar dana asing yang lebih deras. Sejak awal tahun, pasar saham Indonesia telah mengalami tekanan jual asing sebesar Rp16,78 triliun. Pergerakan rupiah terhadap dolar AS masih cenderung sideways, meskipun ada pelemahan dalam beberapa hari terakhir. Support terdekat untuk rupiah berada di Rp16.170/US$, sedangkan resistance di Rp16.375/US$.
Tantangan eksternal ini menunjukkan betapa rentannya pasar keuangan Indonesia terhadap kebijakan dan kondisi global. Perlunya strategi yang efektif untuk mengatasi tekanan ini sangat penting agar stabilitas ekonomi dapat dipertahankan. Meskipun situasi saat ini cukup sulit, langkah-langkah yang tepat dari pemerintah dan bank sentral dapat membantu meredam dampak negatif yang mungkin terjadi.