Berita
Gempa Bumi Berkekuatan 7,7 Menghancurkan Myanmar: Korban Jiwa Lebih dari 2.000
2025-04-01

Sebuah bencana alam mengerikan melanda Myanmar pekan lalu, ketika gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang wilayah tengah negara tersebut. Menurut laporan media pemerintah pada hari Senin (31/3/2025), lebih dari 2.000 orang tewas akibat kejadian ini. Gempa utama yang terjadi di dekat Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar, menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur, termasuk bandara, jalan raya, serta bangunan lainnya. Selain itu, gempa susulan dengan kekuatan 5,1 skala Richter menambah derita warga setempat. Banyak korban jiwa dilaporkan dari berbagai kelompok masyarakat, seperti biksu Buddha, anak-anak prasekolah, dan umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah.

Penghancuran Luas dan Kesulitan Penanganan Darurat

Pada hari Jumat di musim panas yang menyengat, gempa dahsyat melanda Myanmar bagian tengah. Kota Mandalay menjadi saksi mata dari peristiwa ini, di mana banyak gedung runtuh dan jalan-jalan rusak parah. Pada hari Minggu, situasi semakin memburuk saat gempa susulan berkekuatan 5,1 skala Richter kembali mengguncang daerah tersebut.

Dalam tragedi ini, satu biara roboh, menewaskan sekitar 200 biksu Buddha. Di sebuah sekolah prasekolah, 50 anak kecil meninggal akibat ambruknya atap ruang kelas. Sementara itu, selama bulan Ramadan, 700 umat Muslim tewas ketika masjid mereka runtuh saat salat berjemaah. Kelompok-kelompok kemanusiaan khawatir bahwa kondisi pasca-gempa dapat memperparah kelaparan dan menyebarkan penyakit.

Upaya penanganan darurat dipersulit oleh pemadaman listrik, kekurangan bahan bakar, serta komunikasi yang tidak lancar. Kekurangan alat berat juga menjadi kendala besar dalam operasi pencarian dan penyelamatan. Dalam cuaca yang mencapai suhu lebih dari 40°C, pekerja darurat dan relawan sipil harus bekerja keras dengan menggunakan tangan kosong untuk menyisir reruntuhan dan mencari korban selamat.

Bencana ini menunjukkan betapa rapuhnya infrastruktur dan sistem tanggap darurat di Myanmar. Meskipun upaya internasional telah dimulai, tantangan logistik dan cuaca ekstrem membuat proses evakuasi dan distribusi bantuan menjadi sangat sulit. Ini adalah pengingat akan pentingnya persiapan bencana dan solidaritas global dalam menghadapi krisis besar.

Dari perspektif seorang jurnalis, tragedi ini mengajarkan kita tentang pentingnya perhatian kepada komunitas yang rentan, baik dalam hal mitigasi bencana maupun respons darurat. Masyarakat internasional harus sadar bahwa dukungan pasca-bencana bukan hanya soal memberikan bantuan material, tetapi juga menciptakan mekanisme yang efektif untuk mencegah korban jiwa sebanyak ini di masa depan. Semoga peristiwa ini bisa menjadi titik awal bagi Myanmar dan dunia untuk belajar dan membangun sistem yang lebih tangguh demi menghadapi bencana serupa di masa mendatang.

More Stories
see more