Harga minyak mentah global mengalami penguatan signifikan dalam beberapa hari terakhir, dipengaruhi oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara eksportir minyak seperti Venezuela dan Iran. Selain itu, penurunan stok minyak di AS juga menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga ini. Pada Kamis (27/3/2025), minyak mentah Brent mencapai US$ 74,03 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) berada di angka US$ 69,92 per barel. Kenaikan tersebut menunjukkan tren positif sejak pekan lalu, dengan harga tertinggi dicatat sejak akhir Februari.
Situasi geopolitik semakin memperketat pasokan minyak dunia, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif baru pada produk impor otomotif. Tarif ini diperkirakan akan berdampak pada permintaan minyak secara global. Misalnya, Reliance Industries dari India, salah satu pembeli besar minyak mentah Venezuela, telah menghentikan operasinya sebagai respons terhadap kebijakan ekonomi AS. Data resmi juga menunjukkan bahwa persediaan minyak AS turun lebih tajam daripada perkiraan awal, yaitu sebesar 3,3 juta barel minggu lalu.
Pada Jumat pagi (28/3/2025), harga minyak mentah Brent melonjak hingga US$ 74,13 per barel, sementara WTI mencapai US$ 70,03 per barel. Para analis menyebut bahwa ketidakpastian perang dagang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan menekan permintaan energi. Ini menjadi perhatian serius bagi pelaku pasar yang mengantisipasi dampak jangka panjang dari kebijakan perdagangan AS.
Tarif baru yang diumumkan oleh Trump pada Rabu lalu mencakup barang-barang otomotif impor, termasuk kendaraan ringan dan suku cadangnya. Keputusan ini dijadwalkan mulai berlaku pada minggu depan untuk kendaraan dan 3 Mei mendatang untuk komponen otomotif lainnya. Dengan langkah ini, Washington bertujuan untuk melindungi industri manufaktur domestik, namun risiko perlambatan ekonomi global tetap menjadi ancaman nyata.
Di sisi lain, penurunan stok minyak mentah AS memberikan dorongan tambahan pada harga minyak global. Angka penurunan stok yang lebih tinggi dari proyeksi awal menunjukkan bahwa permintaan domestik masih kuat, meskipun adanya tekanan dari ketegangan perdagangan internasional. Hal ini memicu spekulasi bahwa pasokan minyak dunia mungkin semakin terbatas jika situasi geopolitik tidak segera mereda.
Para pengamat pasar percaya bahwa volatilitas harga minyak akan terus berlangsung selama ketidakpastian perdagangan dan gejolak politik masih ada. Sementara itu, para pelaku pasar akan terus memantau perkembangan terkini dari kebijakan ekonomi AS serta data inventaris minyak mentah global untuk memprediksi arah harga minyak di masa mendatang. Situasi ini menunjukkan pentingnya stabilitas geopolitik dan kerjasama perdagangan internasional dalam menjaga keseimbangan suplai dan demand energi dunia.