Perseteruan antara bintang K-drama Kim Soo-hyun dan keluarga aktris almarhum Kim Sae-ron semakin memanas. Pada awal Mei 2025, keluarga Kim Sae-ron mengumumkan rencana untuk menyelenggarakan konferensi pers kedua di wilayah Gangnam, Seoul. Acara ini diatur khusus untuk wartawan media resmi dan didukung oleh firma hukum Buyou serta kanal YouTube kontroversial Garo Sero Institute (Gaseyeon). Dalam pernyataan mereka, pihak keluarga berjanji akan membuka fakta serius yang terkait dengan aktor ternama tersebut. Di sisi lain, agensi Kim Soo-hyun, Gold Medalist, mengecam penyebaran informasi tanpa verifikasi yang dapat merugikan klien mereka.
Di tengah atmosfer ketegangan yang meliputi industri hiburan Korea Selatan, keluarga mendiang aktris Kim Sae-ron telah menjadwalkan konferensi pers pada Rabu, 7 Mei 2025, di area modern Gangnam, Seoul. Acara ini dirancang secara eksklusif untuk jurnalis media resmi, dengan dukungan dari firma hukum Buyou dan kanal YouTube Gaseyeon yang dipimpin oleh Kim Se-ui. Mereka menegaskan bahwa konferensi tersebut akan mengungkap tuduhan serius terhadap Kim Soo-hyun.
Situasi ini mencuat setelah pihak Gaseyeon dan keluarga Kim Sae-ron menuduh Kim Soo-hyun menjalin hubungan romantis dengan aktris muda tersebut sejak tahun 2015, saat usia Kim Sae-ron masih belasan. Bukti berupa tangkapan layar percakapan KakaoTalk dari tahun 2016 diperlihatkan kepada publik, yang menunjukkan ungkapan cinta seperti "Aku rindu kamu" dan penggunaan emoji hati.
Merespons tudingan ini, Kim Soo-hyun menggelar konferensi pers sendiri pada akhir Maret, di mana ia membantah keras klaim tersebut. Aktor tampan itu menegaskan bahwa hubungannya dengan Kim Sae-ron baru dimulai pada tahun 2019, setelah sang aktris secara legal telah dewasa. Lebih lanjut, ia mengajukan gugatan terhadap pihak keluarga Kim Sae-ron, termasuk seorang kenalan yang dijuluki "bibi Kim Sae-ron," serta kanal YouTube Gaseyeon. Tuntutan hukum mencakup pelanggaran UU Jaringan Informasi dan Perlindungan Informasi, pencemaran nama baik, serta permintaan kompensasi sebesar 12 miliar won (sekitar Rp140 miliar).
Dari sudut pandang hukum, kasus ini menjadi perhatian besar karena melibatkan berbagai aspek yuridis, mulai dari privasi individu hingga potensi pelanggaran undang-undang stalking.
Sebagai dampaknya, reputasi Kim Soo-hyun sedang menghadapi ujian berat di mata publik internasional, dengan beberapa merek mempertimbangkan untuk menghentikan kerja sama promosi iklan.
Dari perspektif seorang jurnalis, kasus ini menyoroti pentingnya verifikasi informasi dalam era digital. Penyebaran berita palsu atau spekulatif dapat merusak reputasi seseorang bahkan sebelum kebenaran sepenuhnya terungkap. Bagi pembaca, cerita ini juga mengingatkan kita tentang kompleksitas dunia selebriti dan bagaimana isu-isu sensitif harus ditangani dengan bijaksana.
Berita ini juga menunjukkan betapa mudahnya narasi salah dapat berkembang di platform media sosial, yang sering kali tidak memiliki mekanisme kontrol yang memadai. Oleh karena itu, kehati-hatian dalam menyebarkan informasi adalah kunci agar tidak menjadi korban berita bohong yang bisa merugikan banyak pihak.