Seorang pemuda dari Malaysia mengalami situasi aneh saat usaha pertamanya untuk membuka rekening bank diusia dewasa muda berakhir dengan kegagalan. Ternyata, sejak masih kanak-kanak, Zhou Deli telah masuk daftar hitam sistem perbankan Malaysia tanpa alasan jelas. Usaha berkali-kali membuka akun di beberapa bank terkemuka juga gagal karena status ini, meskipun rekam jejak kreditnya ternyata bersih.
Zhou mencoba memahami penyebab blacklist tersebut melalui serangkaian investigasi dan kunjungan ke lembaga-lembaga keuangan. Namun, jawaban tetap sulit ditemukan, meninggalkan rasa bingung pada dirinya serta keluarganya. Ini menunjukkan adanya celah dalam sistem pengelolaan data perbankan di Malaysia.
Remaja berusia 18 tahun bernama Zhou Deli menghadapi tantangan besar ketika mencoba membuka rekening bank pertamanya di Malaysia. Awalnya, dia hanya ingin memenuhi persyaratan administratif untuk mendapatkan pinjaman pendidikan dari PTPTN, sebuah lembaga pemberi pinjaman bagi mahasiswa. Namun, setiap upaya yang dilakukan selalu berakhir dengan penolakan oleh sistem perbankan nasional.
Situasi ini semakin rumit karena Zhou sama sekali tidak memiliki riwayat keuangan atau interaksi dengan lembaga keuangan manapun sebelumnya. Dia bahkan baru saja mengetahui bahwa namanya telah tercatat dalam daftar hitam perbankan Malaysia sejak usia 9 tahun. Meski sudah mencoba di beberapa bank berbeda, hasilnya tetap sama: permohonannya ditolak secara tegas.
Kronologi cerita ini dimulai ketika Zhou pertama kali datang ke salah satu cabang bank lokal untuk membuat akun tabungan. Setelah proses awal berlangsung lancar, dia diinformasikan bahwa nama Zhou sudah masuk dalam sistem pelacakan kredit CCRIS sebagai individu yang tidak dapat membuka akun baru. Hal ini membuat Zhou sangat terkejut, mengingat usianya yang masih belia saat diduga dicatat dalam daftar tersebut.
Upaya lanjutan untuk memperbaiki situasi pun tak memberikan hasil positif. Ketika Zhou mengunjungi Maybank di Queensbay Mall, dia mendapat kabar buruk yang sama. Manajer bank menjelaskan bahwa catatan blacklist Zhou akan tetap mengikatnya di semua bank di Malaysia. Rincian lebih lanjut tentang penyebab pencantuman ini tampaknya tidak tersedia bagi publik, sehingga Zhou dan keluarganya merasa frustrasi atas ketidakpastian ini.
Terkait kasus Zhou Deli, investigasi lebih lanjut mengungkap adanya celah signifikan dalam sistem informasi kredit perbankan Malaysia. Pemeriksaan yang dilakukan Zhou di Bank Nasional Penang menunjukkan bahwa rekam jejak kreditnya benar-benar bersih, tanpa ada indikasi aktivitas finansial yang mencurigakan. Namun, fakta ini bertentangan langsung dengan status blacklist yang melekat padanya sejak lama.
Kejadian ini menyoroti pentingnya transparansi dan akurasi dalam pengelolaan data keuangan oleh lembaga perbankan. Zhou sendiri mengaku bingung mengapa ia bisa menjadi korban sistem yang tampaknya kurang terorganisir. Selain itu, keterbatasan akses informasi bagi masyarakat umum menambah kompleksitas dalam menyelesaikan masalah seperti ini.
Dalam konferensi pers yang diadakan belum lama ini, Zhou menyampaikan keheranannya terhadap situasi yang dialaminya. Ia merasa bahwa blacklist ini tidak hanya mempengaruhi hidupnya saat ini, tetapi juga masa depannya sebagai mahasiswa yang membutuhkan dukungan finansial. Selain itu, Zhou mempertanyakan bagaimana seseorang yang baru berusia 9 tahun bisa masuk dalam sistem pelaporan kredit tanpa ada penjelasan logis.
Kasus ini menjadi perhatian luas di kalangan masyarakat Malaysia. Para ahli keuangan menyerukan reformasi dalam sistem CCRIS agar lebih responsif dan adil terhadap individu yang terkena dampak negatif dari kesalahan administratif atau teknis. Hingga saat ini, Zhou tetap mencari solusi untuk menghapus nama dari daftar hitam dan mulai hidup normal kembali tanpa batasan finansial yang tidak pantas.