Indeks saham utama di Indonesia mengalami penurunan signifikan pada awal perdagangan hari Jumat. Situasi ini mencerminkan adanya tekanan yang berasal dari kondisi dalam negeri maupun luar negeri. Menurut analis senior dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, situasi makroekonomi domestik menjadi salah satu pemicu pelemahan pasar modal. Data anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menunjukkan defisit sebesar Rp 31 triliun pada bulan Februari, yang mencerminkan perlambatan ekonomi nasional. Kondisi ini terlihat dari rendahnya pendapatan negara, khususnya dari sektor pajak yang turun hampir 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Faktor eksternal juga berperan besar dalam menekan performa IHSG. Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Eropa semakin memanas akibat kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Tarif ini dikenakan untuk produk-produk alkohol asal Eropa dengan tingkat yang sangat tinggi. Selain itu, ketegangan geopolitik global, termasuk pergerakan Rusia, semakin meningkatkan ketidakpastian di pasar internasional. Situasi ini membuat investor cenderung menahan diri dan mengambil sikap hati-hati, terutama menjelang akhir minggu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah juga menambah beban pasar keuangan domestik.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi sangat dipengaruhi oleh dinamika baik dalam negeri maupun global. Perlunya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku pasar untuk mengatasi tantangan ini menjadi sangat penting. Dengan langkah-langkah strategis, seperti pengendalian defisit anggaran dan diplomasi ekonomi yang kuat, Indonesia dapat memperkuat daya tahannya terhadap gejolak eksternal. Kepercayaan investor akan kembali meningkat jika ada kebijakan yang jelas dan progresif dalam menghadapi tantangan ekonomi ini.