Pasar saham Indonesia mengalami penurunan signifikan pada akhir pekan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren negatif sejak awal perdagangan hingga mencapai level penurunan lebih dari 1%. Meskipun koreksi perlahan berkurang menjelang tengah sesi, IHSG masih berada di wilayah merah dengan tekanan yang cukup kuat. Aktivitas perdagangan tercatat melibatkan nilai transaksi Rp2,2 triliun, melalui 368.000 kali transaksi yang mencakup 3,32 miliar saham. Secara keseluruhan, ada lebih banyak saham yang mengalami penurunan dibandingkan dengan penguatan.
Penyebab utama penurunan IHSG berasal dari realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2025. Data resmi menunjukkan bahwa defisit APBN mencapai Rp31,2 triliun atau setara dengan 0,13% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pendapatan negara hanya mencapai Rp316,9 triliun, sementara belanja negara mencapai Rp348,1 triliun. Penurunan pendapatan pajak menjadi salah satu faktor utama kerugian keuangan tersebut, dengan anjloknya penerimaan sebesar 30% dibandingkan tahun lalu. Situasi ini mempengaruhi arah pasar saham, terutama ketika IHSG berbalik arah pada perdagangan sebelumnya.
Selain isu fiskal, performa saham DCII juga menjadi penyumbang besar penurunan IHSG hari ini. Emiten yang dimiliki oleh konglomerat Toto Sugiri telah mengalami penurunan drastis sebesar 20%, setelah beberapa waktu lalu sering menyentuh batas atas otomatis (auto reject atas). Dalam sebulan terakhir, saham DCII naik pesat hingga 384%, menjadikannya salah satu saham termahal di Bursa Efek Indonesia dengan kapitalisasi pasar hampir mencapai Rp500 triliun. Sebagai saham dengan kapitalisasi pasar terbesar keenam, penurunan DCII memberikan dampak signifikan terhadap indeks utama pasar saham Indonesia.
Pasar finansial membutuhkan stabilitas dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti. Realisasi defisit APBN dan volatilitas saham tertentu seperti DCII menunjukkan pentingnya pengelolaan kebijakan fiskal yang cermat serta pengawasan pasar modal yang ketat. Dengan demikian, investor dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana berdasarkan data yang akurat dan transparan, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan sehat bagi semua pihak.