Dalam sejarah tinju dunia, nama Lennox Lewis selalu disebutkan sebagai salah satu juara kelas berat paling dominan. Meski ia mengalahkan banyak petinju besar seperti Mike Tyson dan Vitali Klitschko, Evander Holyfield tetap menjadi lawan terberat yang pernah dihadapi Lewis. Keduanya bertemu dua kali pada tahun 1999 dalam upaya menentukan siapa yang layak menyandang gelar juara kelas berat sejati. Pertemuan pertama berakhir dengan hasil imbang kontroversial, sementara pertemuan kedua dimenangkan Lewis melalui keputusan hakim. Meskipun begitu, Lewis mengakui bahwa pengalaman profesional dan daya tahan luar biasa Holyfield membuatnya sulit dikalahkan.
Selain rekam jejak impresif mereka di atas ring, baik Lewis maupun Holyfield juga mencatat pencapaian gemilang di Olimpiade. Lewis memperoleh medali emas, sementara Holyfield meraih medali perunggu. Dengan total 41 kemenangan dari 44 pertandingan profesional, Lewis dikenang sebagai juara tak terbantahkan terakhir hingga era Oleksandr Usyk. Sementara itu, Holyfield, dengan rekor 44 kemenangan dari 57 pertandingan, membuktikan kemampuannya di dua divisi sebelum akhirnya naik ke kelas berat.
Lennox Lewis memberikan penghargaan tinggi kepada Evander Holyfield karena gaya bertarungnya yang unik dan daya tahannya yang luar biasa. Meskipun banyak yang mengira bahwa Mike Tyson adalah tantangan terbesar bagi Lewis, Holyfield justru menjadi simbol ketangguhan bagi mantan juara kelas berat ini. Sebagai satu-satunya petinju yang mampu bertahan selama 24 ronde melawan Lewis, Holyfield menunjukkan kehebatan yang jarang ditemui dalam sejarah tinju.
Berkat pengalaman luasnya sebagai petinju amatir dan profesional, Holyfield telah membuktikan dirinya sebagai ancaman serius bagi semua lawan di atas ring. Sebelum bergabung dengan kelas berat, ia mendominasi divisi cruiserweight dan berhasil menjadi juara tak terbantahkan di sana. Gaya bertarung agresif serta kemampuan bertahan yang luar biasa menjadikan Holyfield sebagai musuh yang sulit dilupakan oleh Lewis. Selain itu, usia lanjut Holyfield tidak mengurangi intensitas performanya, dengan kemenangan terakhirnya dicatat saat menghadapi Brian Nielsen. Pengalaman inilah yang membuat Holyfield begitu dihormati oleh Lewis.
Sebagai dua petinju legendaris, baik Lewis maupun Holyfield meninggalkan warisan besar dalam dunia tinju. Dengan rekor keseluruhan yang mengesankan, Lewis dikenang sebagai juara kelas berat tak terbantahkan terakhir sebelum era empat sabuk. Ia sukses mengalahkan beberapa nama besar seperti Shannon Briggs dan Vitali Klitschko, meskipun Holyfield tetap menjadi lawan paling dihormatinya. Di sisi lain, Holyfield menunjukkan bahwa usia bukan batasan untuk tetap kompetitif, bahkan hingga usia 48 tahun.
Prestasi mereka di atas ring tidak hanya terbatas pada tinju profesional. Lewis meraih medali emas Olimpiade, sementara Holyfield membawa pulang medali perunggu dari ajang yang sama. Rekam jejak profesional mereka menunjukkan betapa hebatnya kedua petinju ini. Lewis mencatatkan 41 kemenangan dari 44 pertandingan, sedangkan Holyfield mencapai 44 kemenangan dari 57 pertandingan. Mereka tidak hanya menjadi ikon di masa mereka, tetapi juga terus diingat sebagai dua sosok yang membentuk sejarah tinju modern. Prestasi tersebut menegaskan bahwa Lewis dan Holyfield adalah bagian penting dari evolusi olahraga tinju.