Menurut prakiraan terbaru pemerintah Jepang, gempa besar yang mengancam wilayahnya dapat menyebabkan korban tewas hingga 300.000 jiwa. Selain itu, bencana ini diperkirakan akan menimbulkan pengungsi sebanyak 12,3 juta orang serta kerugian ekonomi senilai USD1,8 triliun. Gempa berkekuatan 9 skala Richter di Palung Nankai diproyeksikan menjadi penyebab utama kerusakan tersebut.
Gelombang tsunami diakui sebagai faktor utama dalam meningkatkan jumlah korban jiwa. Kerugian material juga akan sangat signifikan, dengan lebih dari dua juta rumah dirusak dan ratusan ribu orang cedera. Situasi semakin memburuk jika gempa terjadi pada malam hari atau musim dingin, ketika risiko kebakaran meningkat karena aktivitas manusia seperti memasak dan pemanasan di rumah kayu.
Berdasarkan skenario terburuk, gempa tektonik di Palung Nankai bisa menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah modern Jepang. Prakiraan menunjukkan bahwa dampaknya tidak hanya terbatas pada keruntuhan bangunan tetapi juga mencakup tsunami dan kebakaran luas.
Kondisi paling fatal diperkirakan terjadi jika gempa melanda saat cuaca dingin. Pada waktu-waktu tersebut, banyak penduduk lokal menggunakan perangkat pemanas tradisional yang meningkatkan risiko kebakaran. Selain itu, kemacetan di stasiun-stasiun transportasi umum selama jam sibuk juga menjadi faktor tambahan yang membuat evakuasi menjadi sulit. Akibatnya, jumlah korban tewas diperkirakan mencapai angka 298.000 orang. Faktor lain yang memperparah situasi adalah tingginya populasi di wilayah barat Tokyo yang rentan terhadap guncangan kuat.
Selain korban jiwa, bencana ini juga akan memberikan beban finansial yang luar biasa kepada negara. Perkiraan kerugian ekonomi mencapai 270 triliun yen, setara dengan separuh dari PDB tahunan Jepang. Kerusakan infrastruktur dan properti menjadi komponen utama dari total kerugian ini.
Tsunami yang dihasilkan oleh gempa tersebut diperkirakan akan merusak fasilitas vital seperti pelabuhan, bandara, dan jalur distribusi logistik. Lebih dari 2,35 juta rumah di wilayah pantai Pasifik akan runtuh akibat getaran kuat. Selain itu, gangguan rantai pasokan nasional akan berdampak buruk pada produktivitas industri. Dengan asumsi pemulihan membutuhkan waktu bertahun-tahun, efek jangka panjang dari bencana ini akan terasa di berbagai sektor ekonomi Jepang, termasuk perdagangan internasional dan pariwisata.