Pasar
Potensi Industri Asuransi dan Dana Pensiun Sebagai Penyedia Likuiditas di Pasar Modal
2025-03-21

Industri asuransi dan dana pensiun Indonesia tengah menjadi sorotan sebagai solusi alternatif dalam mengatasi volatilitas pasar modal. Kondisi IHSG yang sempat turun signifikan hingga 7% pada awal bulan Maret 2025 memicu diskusi tentang peran pemain institusional dalam menjaga stabilitas bursa saham. Para ahli menyebut bahwa sektor ini dapat berfungsi sebagai penyedia likuiditas dengan fokus pada investasi jangka panjang, terutama untuk emiten blue-chip atau BUMN. Meskipun demikian, tantangan utama tetap ada pada manajemen risiko serta prioritas pembayaran klaim kepada peserta.

Saat IHSG anjlok secara drastis pada perdagangan Selasa (18/3/2025), langkah trading halt dilakukan oleh BEI guna meredam gejolak pasar. Meski kondisi sempat pulih dua hari kemudian, IHSG kembali melemah pada Jumat (21/3/2025) dengan penurunan sebesar 1,94%. Guru Besar Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri untuk menciptakan solusi berkelanjutan. Menurutnya, entitas seperti Jamsostek, Taspen, dan dana pensiun BUMN bisa dimanfaatkan sebagai market maker, terutama untuk saham-saham unggulan.

Sebaliknya, perspektif dari para pemangku kepentingan di industri asuransi cenderung lebih konservatif. Okki Jatnika dari PT ASABRI (Persero) menjelaskan bahwa bisnis asuransi didorong oleh prinsip liabilities driven investment, di mana prioritas utama adalah memastikan arus kas yang kuat untuk pembayaran klaim. Oleh karena itu, instrumen investasi seperti fixed income dan deposito menjadi pilihan utama. Saham hanya dipertimbangkan jika memberikan dividen secara konsisten dan tidak melampaui batas komposisi yang diizinkan.

Di sisi lain, BPJS Kesehatan juga menegaskan bahwa pengelolaan Dana Jaminan Sosial (DJS) sepenuhnya difokuskan pada instrumen pendapatan tetap seperti giro, deposito, dan Surat Berharga Negara. Hal ini sesuai dengan PP 87 Tahun 2013, yang menempatkan likuiditas dan kehati-hatian sebagai prinsip utama dalam pengelolaan dana. Rizky Anugerah dari BPJS Kesehatan menambahkan bahwa fluktuasi IHSG tidak berdampak langsung pada pengelolaan DJS, karena strateginya didasarkan pada Asset Liability Management (ALM).

Sementara itu, sektor asuransi swasta seperti MSIG Life memiliki pandangan yang lebih fleksibel. Epsen Halim, Division Head of Investment MSIG Life, menyatakan bahwa perusahaan terus memantau perkembangan pasar untuk memastikan kesesuaian dengan rencana strategis. Meskipun demikian, penambahan alokasi saham hanya akan dipertimbangkan setelah evaluasi mendalam terhadap valuasi emiten, fundamental bisnis, dan dinamika pasar secara keseluruhan.

Berkaca pada data statistik terbaru, aset industri asuransi mencatat pertumbuhan positif hingga Januari 2025. Sektor asuransi komersil tumbuh sebesar 2,53% yoy, sementara asuransi non-komersial mencatat pertumbuhan 0,55% yoy. Di industri dana pensiun, total aset mencapai Rp1.516,20 triliun dengan pertumbuhan 7,26% yoy, menunjukkan potensi besar sebagai penyedia likuiditas bagi pasar modal.

Upaya kolaborasi antara industri asuransi, dana pensiun, dan pemerintah diharapkan dapat membuka peluang baru dalam mengelola volatilitas pasar. Dengan strategi yang tepat dan manajemen risiko yang baik, sektor ini dapat berkontribusi signifikan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional tanpa mengabaikan kewajiban utamanya kepada masyarakat.

More Stories
see more