Pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sorotan utama di tengah spekulasi yang semakin kuat mengenai potensi resesi ekonomi di negara Paman Sam. Berdasarkan data terbaru, rupiah dibuka melemah tipis pada perdagangan Kamis (13/3/2025). Situasi ini dipicu oleh ketidakpastian global, terutama kebijakan perdagangan yang diambil pemerintah AS dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Pada awal perdagangan hari ini, rupiah ditransaksikan di angka Rp16.450 per dolar AS, menunjukkan pelemahan sebesar 0,06%. Kondisi ini konsisten dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang juga mencatatkan tekanan signifikan. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) turun sedikit menjadi 103,58 pada pukul 09:01 WIB. Meskipun demikian, perhatian tetap tertuju pada perkembangan ekonomi AS, yang kini diprediksi memiliki peluang besar untuk jatuh ke dalam resesi.
Kepala Ekonom Global dari JPMorgan memperingatkan bahwa kemungkinan resesi di AS pada tahun 2025 dapat mencapai hingga 50%. Hal ini disebabkan oleh langkah-langkah proteksionis Presiden Donald Trump, termasuk rencana penerapan tarif dagang yang lebih tinggi. Bahkan, jika kebijakan tersebut sepenuhnya diterapkan pada bulan April, risiko resesi dapat meningkat lebih lanjut, sehingga berdampak langsung pada daya tarik AS sebagai destinasi investasi global.
Awal tahun ini, proyeksi risiko resesi masih relatif rendah, yakni sekitar 30%. Namun, situasi telah berubah drastis akibat ketegangan perdagangan internasional. Saat ini, JPMorgan memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS hanya akan mencapai 2% pada tahun 2025, meskipun angka tersebut belum direvisi secara resmi.
Situasi global yang semakin tidak menentu ini, tentunya berpengaruh signifikan terhadap mata uang emerging market seperti rupiah. Para analis memprediksi bahwa ketidakpastian ini akan terus mendorong volatilitas pasar keuangan, baik di Indonesia maupun di wilayah lainnya.
Meskipun ada indikasi pelemahan rupiah, para pelaku pasar tetap waspada terhadap setiap perubahan kebijakan dari AS. Dalam jangka panjang, stabilitas ekonomi global sangat bergantung pada langkah-langkah yang diambil oleh para pemimpin dunia untuk meredam ketegangan perdagangan dan menjaga pertumbuhan ekonomi tetap kuat.