Pada perdagangan saham Rabu (7/5/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta melanjutkan tren positifnya dengan kenaikan 0,63%, menutup di level 6.941,83. Aktivitas perdagangan mencatat transaksi sebesar Rp 13,85 triliun, melibatkan lebih dari 22 miliar saham dalam hampir 1,42 juta kali transaksi. Hampir semua sektor mengalami penguatan, dengan bahan baku memimpin pertumbuhan sebesar 1,56%. Saham-saham seperti TPIA, BBRI, dan ANTM menjadi penggerak utama kenaikan indeks ini.
Pada hari Rabu di tengah musim perubahan iklim yang cukup dinamis, pasar modal Indonesia menyaksikan reli panjang IHSG selama delapan hari berturut-turut. Kali ini, IHSG berhasil naik ke level tertinggi dalam beberapa waktu terakhir, didorong oleh sektor-sektor penting seperti bahan baku yang tumbuh pesat hingga 1,56%. Selain itu, sektor teknologi dan konsumer primer juga memberikan kontribusi signifikan dengan kenaikan masing-masing sekitar 0,57% dan 0,4%. Saham TPIA, BBRI, serta ANTM menjadi penopang utama reli tersebut, masing-masing berkontribusi puluhan indeks poin.
Transaksi pada hari tersebut mencapai nilai Rp 13,85 triliun, dengan lebih dari 22 miliar saham diperdagangkan dalam lebih dari satu juta kali transaksi. Dalam periode 18 hari terakhir, hanya dua kali IHSG berakhir di zona merah, sementara sisanya mengalami penguatan hingga 16%. Sentimen global, termasuk perkembangan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di AS, tetap menjadi faktor penggerak utama pasar. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan antara 4,25-4,50%, meskipun ada peluang kecil untuk pemangkasan.
Sementara itu, harga emas menunjukkan volatilitas tinggi, dengan penguatan 2,91% pada hari sebelumnya namun melemah 1% pada Rabu pagi.
Dari perspektif seorang analis pasar, reli IHSG yang berkelanjutan adalah indikator positif bagi kondisi ekonomi nasional. Ini menunjukkan bahwa investor mulai percaya pada stabilitas pasar lokal meskipun masih dipengaruhi oleh sentimen global. Namun, fluktuasi harga komoditas seperti emas harus tetap menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi arah pasar secara keseluruhan. Dengan demikian, para pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada terhadap perubahan kebijakan moneter global dan perkembangan harga komoditas dunia.