Pasar
Rupiah Menghadapi Tekanan di Awal Perdagangan Akibat Sentimen Global
2025-03-21

Pada perdagangan awal Jumat (21/3/2025), nilai tukar rupiah mengalami pelemahan tipis terhadap dolar Amerika Serikat. Dengan posisi Rp16.485 per dolar AS, mata uang nasional ini melemah sebesar 0,09% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Meskipun demikian, situasi ini berbeda dengan penguatan signifikan yang dicatatkan pada Kamis (20/3/2025), ketika rupiah berhasil menguat hingga 0,3%. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga sentimen global, termasuk ketegangan geopolitik dan kondisi ekonomi Amerika Serikat.

Sentimen negatif yang muncul dari luar negeri mencakup ketegangan antara Rusia dan Ukraina serta lesunya perkembangan ekonomi AS. Serangan drone Ukraina terhadap pangkalan udara strategis Rusia di Engels-2 menambah ketidakpastian geopolitik di wilayah tersebut. Selain itu, Federal Reserve (The Fed) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,7%, turun dari angka 2,1% pada Desember lalu. Hal ini memicu kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi global.

Di sisi lain, data domestik seperti peredaran uang M2 bulan Januari 2025 menunjukkan potensi positif bagi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia melaporkan bahwa likuiditas perekonomian meningkat menjadi Rp9.232,8 triliun, atau tumbuh 5,9% secara tahunan. Kenaikan ini diproyeksikan akan berlanjut menjelang bulan Ramadhan, meskipun pelaku pasar masih menunggu data lebih lanjut untuk periode Februari 2025.

Meskipun tekanan eksternal terus membayangi, beberapa indikator lokal memberikan harapan optimisme. Peningkatan likuiditas domestik dapat menjadi salah satu faktor pendorong penguatan rupiah di masa mendatang. Namun, dinamika geopolitik dan performa ekonomi global tetap menjadi variabel penting yang harus dipantau oleh para pelaku pasar. Ke depannya, stabilitas nilai tukar rupiah sangat bergantung pada bagaimana Indonesia mengelola tantangan-tantangan ini secara efektif.

More Stories
see more