Pasar saham Indonesia mengalami perubahan dramatis pada perdagangan Selasa kemarin, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan penurunan. Meskipun sempat mengalami kenaikan hingga mendekati 4% di awal pekan, IHSG ditutup turun 2,14% ke level 6.380,40. Aktivitas transaksi mencapai Rp 13,84 triliun melibatkan lebih dari 21 miliar saham dalam lebih dari satu juta kali transaksi. Investor asing mulai melakukan pembelian bersih sebesar Rp593,64 miliar, namun banyak saham yang masih dilego oleh investor asing.
Pasar saham Jakarta mengalami fluktuasi signifikan pada hari Selasa, dengan indeks utama merosot setelah sempat menguat pada awal minggu. Meskipun adanya beberapa tanda positif, seperti aktivitas pembelian oleh investor asing, IHSG akhirnya berakhir di bawah level 6.400. Jumlah saham yang mengalami penurunan jauh lebih banyak dibandingkan yang mengalami kenaikan, mencerminkan sentimen negatif yang kuat di pasar.
Berbagai faktor mempengaruhi penurunan ini, termasuk ketidakpastian ekonomi global dan sentimen investor domestik. Investor asing tampaknya lebih selektif dalam memilih saham, dengan fokus pada sektor-sektor tertentu. Meskipun demikian, nilai transaksi tetap tinggi, mencapai Rp 13,84 triliun, menunjukkan bahwa ada minat yang signifikan meski dalam kondisi yang tidak stabil. Aktivitas transaksi ini melibatkan lebih dari 21 miliar saham dalam lebih dari satu juta kali transaksi.
Investor asing menjadi salah satu pilar penting dalam dinamika pasar saham Indonesia. Meskipun mereka mulai melakukan pembelian bersih sebesar Rp593,64 miliar, sejumlah besar saham masih dilego oleh investor asing. Ini menciptakan situasi yang kompleks, di mana sementara ada dana masuk, banyak saham juga dipengaruhi oleh aksi jual yang signifikan.
Secara spesifik, beberapa saham yang sebelumnya menjadi andalan bagi kenaikan IHSG mengalami tekanan jual yang cukup berat. Contohnya adalah PT Petrosea Tbk., PT Merdeka Copper Gold Tbk., dan PT Barito Renewables Energy Tbk. Mereka masing-masing melepas dana sebesar Rp53,23 miliar, Rp52,12 miliar, dan Rp44,88 miliar. Selain itu, sektor-sektor lain seperti perbankan syariah dan pertambangan juga mengalami penurunan serupa. Hal ini mencerminkan ketidakpastian yang masih tinggi dalam pasar saham Indonesia, terutama di tengah tantangan ekonomi global.