Dua gempa bumi yang sangat kuat mengguncang wilayah Myanmar, menyebabkan kekacauan besar di Bangkok dan sekitarnya. Gempa pertama dengan magnitudo 7,7 SR menewaskan tiga orang serta menjebak puluhan lainnya setelah sebuah gedung runtuh. Kondisi darurat dinyatakan oleh militer Myanmar untuk enam daerah terdampak. Selain itu, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit di ibu kota Naypyidaw menjadi lokasi penanganan korban massal. Beberapa bangunan penting juga rusak parah akibat guncangan tersebut.
Berbagai saksi mata melaporkan kerusakan signifikan di beberapa tempat ibadah, termasuk masjid di Taungnoo yang menyebabkan tiga korban jiwa. Gempa kedua berkekuatan 6,4 SR memperburuk situasi, meningkatkan ketegangan masyarakat lokal. Para wartawan internasional yang berada di lokasi memberikan laporan langsung tentang kondisi darurat yang dialami selama peristiwa ini.
Gempa pertama dengan magnitudo 7,7 SR telah menimbulkan dampak serius di wilayah Sagaing, Myanmar. Terjadi pada kedalaman 10 km, getaran ini cukup dahsyat hingga mencapai Bangkok, Thailand, menewaskan tiga orang dan menjebak banyak warga setempat di bawah reruntuhan gedung yang sedang dibangun. Militer Myanmar segera merespons dengan menyatakan kondisi darurat di enam wilayah.
Situasi semakin genting ketika satu rumah sakit besar di Naypyidaw ditetapkan sebagai daerah penanganan korban massal. Korban luka-luka dirawat secara darurat di luar unit gawat darurat, di mana kondisi mereka bervariasi dari kesakitan hingga tidak sadarkan diri. Kerabat korban mencoba menenangkan mereka sementara tim medis bekerja keras untuk memberikan pertolongan awal. Keadaan ini menunjukkan urgensi operasi penyelamatan dan bantuan kemanusiaan yang cepat serta efektif.
Gempa kedua dengan magnitudo 6,4 SR menambah derita penduduk setempat. Dalam situasi yang sudah kacau balau, bangunan tambahan jadi runtuh, termasuk masjid di Taungnoo, wilayah Bago, yang menyebabkan tiga korban jiwa saat umat sedang melaksanakan salat. Ini menyoroti betapa rentannya infrastruktur di wilayah tersebut terhadap bencana alam skala besar.
Laporan langsung dari wartawan Tony Cheng dari Al Jazeera membawa perspektif pribadi tentang momen genting tersebut. Dia mengungkapkan pengalaman mendramatisir bagaimana ia mencari perlindungan bersama rekan-rekannya di bawah pintu saat atap Museum Layanan Pertahanan Myanmar ambruk. Panel samping besar ikut roboh, menunjukkan bahwa bahkan bangunan penting pun tidak luput dari ancaman gempa. Kesaksian ini memperlihatkan intensitas dan kecepatan reaksi yang diperlukan dalam menghadapi situasi darurat seperti ini.