Pada awal April 2025, dominasi Apple sebagai perusahaan paling berharga di dunia terancam oleh langkah kebijakan ekonomi dari mantan Presiden Amerika Serikat. Kebijakan tarif yang diberlakukan secara luas telah memicu penurunan drastis pada harga saham Apple, dengan kerugian mencapai lebih dari seperempat nilai selama periode empat hari berturut-turut. Situasi ini memberikan celah bagi Microsoft untuk menyalip posisi Apple dalam daftar perusahaan dengan kapitalisasi pasar tertinggi.
Dalam masa transisi ekonomi global yang kompleks, sebuah guncangan besar terjadi di pasar modal akibat kebijakan tarif internasional. Pada hari Selasa, tepatnya tanggal 8 April 2025, saham Apple anjlok sekitar 23% setelah kebijakan proteksi perdagangan diluncurkan oleh Donald Trump, yang mengenai beberapa negara termasuk China—mitra dagang utama Apple. Kondisi ini membuat para investor khawatir akan dampak signifikan terhadap rantai pasok dan laba perusahaan teknologi raksasa tersebut.
Kerugian ini tidak hanya memengaruhi nilai pasar Apple tetapi juga memberikan peluang bagi pesaingnya, Microsoft, untuk menduduki posisi teratas. Diskusi lebih lanjut tentang dampak kebijakan ini dapat disimak dalam program Squawk Box di CNBC Indonesia pada Kamis, 10 April 2025.
Di tengah ketidakpastian ini, Apple harus memutar otak untuk menjaga stabilitas bisnis mereka sambil merespons tantangan geopolitik yang sedang berkembang.
Pelajaran penting dari situasi ini adalah bahwa kebijakan ekonomi global memiliki pengaruh besar terhadap industri teknologi modern. Bagi perusahaan besar seperti Apple, fleksibilitas strategis dan adaptasi cepat menjadi kunci untuk bertahan di tengah badai ekonomi dunia. Dengan demikian, perlu adanya perspektif jangka panjang yang lebih kuat dalam menghadapi dinamika pasar global.