Pasar
Indeks Saham Indonesia Terjerembab Akibat Ketegangan Dagang Global
2025-04-09

Pada perdagangan Rabu (9/4/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta mengalami penurunan signifikan. Penutupan IHSG berada pada posisi 5.967,98, dengan penurunan sebesar 28,15 poin atau 0,47%. Kinerja saham-saham di bursa mencatat adanya 298 saham yang naik, 307 turun, dan 188 stagnan. Aktivitas perdagangan melibatkan nilai transaksi Rp 12,08 triliun, melibatkan lebih dari 18,6 miliar saham dalam satu juta kali transaksi. Sektor-sektor seperti kesehatan, industri, finansial, teknologi, dan konsumer primer menunjukkan kenaikan, sementara utilitas, bahan baku, properti, konsumer non-primer, serta energi tercatat mengalami pelemahan.

Gempuran Tarif Baru Amerika Serikat Memicu Pelemahan Pasar

Dalam suasana politik dagang yang semakin tegang, dua saham besar, BREN dan TPIA, menjadi penyebab utama penurunan IHSG hari itu dengan kontribusi negatif hingga -18,88 indeks poin dan -10,84 indeks poin. Sebaliknya, BBCA dan ASII memainkan peran sebagai pendukung pasar dengan tambahan positif sebesar 9,75 dan 6,31 indeks poin. Awal perdagangan sempat membawa optimisme dengan kenaikan lebih dari 1%, namun menjelang akhir sesi pertama, situasi mulai memburuk akibat pengumuman tarif baru oleh Presiden Donald Trump.

Tarif ini diterapkan terhadap produk-produk dari hampir 60 negara, termasuk Indonesia, dengan kisaran antara 11% hingga 50%. China mengalami dampak signifikan dengan lonjakan hingga 104% setelah balasan dendam dari pemerintah Xi Jinping. Situasi ini juga mempengaruhi pasar Asia lainnya, di mana Hong Kong turun lebih dari 3% dan Nikkei anjlok sebesar 2,7%. Selain itu, mata uang regional seperti won Korea Selatan dan yuan China menyentuh level terendah mereka secara historis.

Harga minyak dunia juga tidak luput dari dampaknya. Patokan minyak AS, West Texas Intermediate (WTI), ditutup di bawah US$60 untuk pertama kalinya sejak April 2021. Kebijakan Trump ini telah mendapat peringatan dari para ekonom bahwa konsumen AS kemungkinan akan menanggung beban harga barang-barang sehari-hari yang meningkat.

Ketegangan perdagangan global ini membuat investor khawatir tentang stabilitas pasar keuangan. Dampak langsung sudah dirasakan di berbagai sektor, baik saham maupun valuta asing.

Situasi seperti ini mengingatkan kita betapa pentingnya diversifikasi investasi dan pemantauan perkembangan geopolitik. Perang dagang tidak hanya memengaruhi ekonomi makro tetapi juga merambah ke tingkat individu melalui harga barang-barang sehari-hari. Bagi pembuat kebijakan, langkah-langkah antisipatif sangat diperlukan untuk melindungi perekonomian nasional dari goncangan global yang tak terduga. Untuk investor, ketajaman analisis fundamental dan sentimen pasar adalah kunci agar tetap stabil di tengah turbulensi ekonomi.

more stories
See more