Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan sehari-hari telah meningkat secara signifikan, terutama setelah peluncuran ChatGPT pada akhir tahun 2022. Meskipun banyak orang menggunakan kata-kata sopan seperti "tolong" dan "terima kasih" saat berinteraksi dengan AI, penelitian menunjukkan bahwa hal ini mungkin tidak selalu membawa manfaat. Bahkan, perilaku tersebut dapat mempengaruhi cara kita berkomunikasi secara keseluruhan, baik dalam konteks digital maupun sosial.
Sebuah studi menemukan bahwa mayoritas Gen Z masih menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara dengan AI. Namun, ada peringatan bahwa pola komunikasi ini bisa menghilang seiring waktu karena pemahaman bahwa AI tidak memiliki emosi atau perasaan. Jika tren ini terus berkembang, risiko utamanya adalah hilangnya norma-norma sosial dalam komunikasi manusia.
Komunikasi dengan AI yang semakin sering dilakukan di dunia maya ternyata dapat memengaruhi cara manusia berbicara satu sama lain di dunia nyata. Sebagian besar pengguna, terutama dari generasi muda, masih menjaga etika dengan menggunakan kata-kata sopan saat berinteraksi dengan sistem AI. Namun, jika kesadaran akan sifat transaksional AI meningkat, ada kemungkinan bahwa norma-norma sosial ini akan berkurang.
Platform pembelajaran bahasa Preply mencatat bahwa interaksi digital dengan AI dapat memengaruhi nada bicara manusia secara keseluruhan. Anna Pyshna dari Preply menyatakan bahwa ancaman terbesar adalah perubahan gaya komunikasi yang menjadi lebih robotik dan kurang tulus. Ini terjadi karena mesin tidak merasakan apresiasi atau emosi manusia. Studi terbaru menunjukkan bahwa hampir 70 persen pengguna Gen Z masih menggunakan kata-kata sopan saat berbicara dengan AI, tetapi tren ini mungkin berubah seiring waktu. Dengan meningkatnya kesadaran bahwa AI tidak membutuhkan penghargaan emosional, bahasa yang digunakan dalam komunikasi digital bisa menjadi lebih praktis namun kurang hangat.
Saat teknologi semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk mempertimbangkan bagaimana etika komunikasi dapat dipertahankan tanpa mengorbankan efisiensi. Meskipun AI tidak merasakan emosi, penghapusan kata-kata sopan dari percakapan digital dapat berdampak negatif pada cara manusia berkomunikasi secara umum. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih bijaksana dalam menghadapi perkembangan ini.
Menurut analisis lebih lanjut, pergeseran dalam cara berbicara dengan AI dapat mempercepat transformasi budaya komunikasi manusia. Banyak ahli khawatir bahwa jika kebiasaan ini terus berkembang, bahasa manusia akan kehilangan dimensi emosionalnya dan menjadi lebih transaksional. Selain itu, dampak finansial juga perlu dipertimbangkan, karena beberapa platform mungkin membebankan biaya tambahan untuk layanan premium yang lebih responsif terhadap bahasa formal. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk memahami konsekuensi dari setiap kata yang mereka gunakan dalam interaksi digital. Dengan mempertahankan nilai-nilai kesopanan, manusia dapat melindungi integritas komunikasi mereka di era digital yang terus berkembang ini.