Dari proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2025, Indonesia telah dipimpin oleh delapan orang yang menjabat sebagai Presiden. Mulai dari Soekarno hingga Prabowo Subianto, masing-masing pemimpin memiliki catatan kekayaan yang berbeda-beda. Artikel ini memberikan gambaran tentang aset dan hartanya, mulai dari laporan koran Austria pada masa Soekarno hingga pengungkapan resmi melalui LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) di era modern. Informasi ini menggambarkan perjalanan sejarah finansial para pemimpin bangsa.
Pada hari-hari awal kemerdekaan, Soekarno, tokoh besar yang dikenal sebagai Bapak Proklamator, disebut memiliki harta senilai US$180 miliar, tersimpan dalam sebuah bank Swiss. Angka ini berasal dari laporan koran Austria Kronen Zeitung pada akhir 2012, meskipun informasi tersebut masih menjadi perdebatan.
Beranjak ke era Orde Baru, Soeharto dikenal dengan kekayaan yang signifikan. The United States Treasury mencatat bahwa ada transaksi sebesar US$9 miliar yang dialihkan ke bank Austria setelah ia lengser pada 1998. Selain itu, Time Warner Inc menyebut total kekayaannya mencapai US$15 miliar.
B.J. Habibie, mantan insinyur teknologi, juga masuk daftar dengan harta sekitar US$60 juta, sebagian besar berasal dari hak kekayaan intelektual atas penemuannya. Sementara itu, anak-anaknya dilaporkan memiliki kekayaan lebih besar, mencapai US$250 juta.
Di masa reformasi, Gus Dur tercatat memiliki harta Rp3,49 miliar pada tahun 2001, sementara Megawati Soekarnoputri memiliki kekayaan Rp96,16 miliar pada 2014. Di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), harta pribadinya mencapai Rp13,98 miliar, mayoritas berasal dari tanah dan properti.
Era modern membawa cerita baru dengan Joko Widodo (Jokowi). Pada 2023, LHKPN-nya mencatat kekayaan sebesar Rp95,8 miliar, termasuk tanah, kendaraan, serta surat berharga. Saat ini, Prabowo Subianto, presiden yang sedang menjabat, memiliki harta Rp2,04 triliun, mayoritas dalam bentuk investasi surat berharga.
Informasi ini dirangkum dari berbagai sumber, termasuk laporan keuangan resmi dan publikasi internasional.
Dari perspektif seorang jurnalis, artikel ini menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara kepemimpinan politik dan manajemen keuangan pribadi. Setiap pemimpin membawa latar belakang yang unik, dan jejak keuangannya mencerminkan periode historis yang mereka jalani. Ini juga mengingatkan kita akan pentingnya transparansi dalam urusan negara, terutama dalam hal pengelolaan kekayaan publik. Dengan adanya data seperti ini, masyarakat dapat lebih memahami kontribusi para pemimpin secara keseluruhan.