Pada perdagangan Selasa (4/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan sebesar 1,34%, mencapai level 6.432,54 pada akhir sesi I. Aktivitas transaksi mencapai Rp5,65 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 7,49 miliar unit dalam 617 ribu transaksi. Sektor kesehatan menjadi satu-satunya yang tumbuh, sementara sektor lainnya mengalami tekanan berat, terutama bahan baku, utilitas, dan properti. Beberapa saham konglomerat yang sebelumnya menguat juga menunjukkan performa lesu.
Penurunan IHSG pada hari ini sangat kontras dengan kondisi pasar sehari sebelumnya, di mana indeks tersebut melonjak hingga 3,97%. Berbagai faktor mempengaruhi pergerakan pasar, termasuk pertemuan antara Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta pemangku kepentingan lainnya. Dalam pertemuan tersebut, berbagai isu penting dibahas, termasuk anjloknya IHSG pada akhir pekan lalu. Hadir pula tokoh-tokoh penting dari berbagai perusahaan besar, seperti Utusan Khusus Presiden Raffi Ahmad dan Bos Adaro Garibaldi Thohir.
Banyak saham unggulan yang mengalami penurunan drastis. Misalnya, Amman Mineral Internasional (AMMN) turun hampir 7% dan menjadi salah satu penyumbang utama pelemahan IHSG. Chandra Asri Pasific (TPIA) milik Prajogo Pangestu juga merosot sekitar 6,38%, memberikan dampak negatif yang signifikan. Barito Renewables Energy (BREN) turun 4,3%, serta beberapa emiten lainnya dari grup Sinar Mas seperti Dian Swastatika Sentosa (DSSA), Alamtri Resources (ADRO), dan Bumi Resources Minerals (BRMS).
Perubahan mendadak ini menunjukkan volatilitas pasar yang tinggi. Meskipun situasi saat ini tampak kurang menguntungkan, pertemuan antara BEI dan para pemangku kepentingan menandakan upaya untuk memperbaiki kondisi pasar. Dengan demikian, para pelaku pasar tetap optimis bahwa langkah-langkah yang diambil akan membawa stabilitas kembali ke bursa saham Indonesia.