Mitos tentang kekayaan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, telah lama menjadi bahan perbincangan. Salah satu cerita yang paling populer adalah mengenai kepemilikan emas seberat 57 ton yang disimpan di bank Swiss. Meskipun cerita ini telah beredar luas, bukti historis menunjukkan bahwa kenyataannya jauh berbeda. Menurut beberapa sumber, termasuk putra Soekarno sendiri, Guntur Soekarnoputra, Soekarno hidup dalam kesederhanaan selama masa jabatannya sebagai pemimpin negara.
Kehidupan sederhana Soekarno dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupannya. Dalam wawancara dengan Cindy Adams, Soekarno menyebutkan bahwa gajinya hanya sekitar US$220 per bulan dan ia tidak memiliki rumah atau tanah pribadi. Bahkan, Soekarno sering meminjam uang dari stafnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketika berkunjung ke luar negeri, ia pernah menerima piyama baru dari duta besar karena pakaian tidurnya sudah usang. Situasi ini mencerminkan betapa sederhananya gaya hidup Soekarno sebagai pemimpin bangsa.
Pernyataan keluarga Soekarno dan para sejarawan membantu meluruskan mitos tersebut. Putra Soekarno, Guntur, menegaskan bahwa ayahnya tidak memiliki harta melimpah seperti yang diklaim. Sejarawan Ong Hok Ham juga menyangkal rumor ini dalam tulisannya, menjelaskan bahwa harta kerajaan kuno seperti Mataram Islam tidaklah sebesar yang dibayangkan dan bahkan masih memiliki utang kepada VOC. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin Soekarno mewarisi harta berupa batangan emas. Cerita ini harus dipandang sebagai legenda yang tidak didukung oleh fakta-fakta sejarah.
Berbagai bukti menunjukkan bahwa Soekarno hidup dengan prinsip kesederhanaan dan pengabdian kepada rakyat. Kisah ini mengajarkan kita pentingnya menghargai nilai-nilai integritas dan ketulusan dalam kepemimpinan. Melalui contoh Soekarno, kita belajar bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin terletak pada dedikasinya untuk rakyat, bukan pada kekayaan materi. Mari kita terus menghormati dan mengikuti jejak-jejak mereka yang telah memberikan segalanya demi kemajuan bangsa.