Menjaga kenyamanan diri sendiri dan penumpang lain di pesawat memerlukan perhatian khusus terhadap pilihan makanan. Kondisi kabin yang kering, sempit, serta ventilasi terbatas dapat memengaruhi sistem pencernaan dan selera makan seseorang. Selain itu, beberapa jenis makanan memiliki risiko menimbulkan ketidaknyamanan baik bagi konsumen maupun orang di sekitarnya. Berikut ini adalah dua intisari tentang makanan yang disarankan untuk dihindari saat berada di udara.
Pertama, makanan tinggi garam, gorengan, dan produk susu menjadi musuh utama karena kemampuan mereka untuk meningkatkan kekeringan tubuh, menyebabkan kembung, atau bahkan menghasilkan aroma tidak sedap. Kedua, bahan-bahan seperti ikan, telur, sayuran cruciferous, dan bumbu kuat seperti bawang putih juga bisa menciptakan masalah dalam ruang tertutup seperti kabin pesawat.
Dalam situasi ketinggian, tubuh manusia mengalami perubahan fungsional pada sistem pencernaan. Oleh karena itu, penting untuk menghindari makanan yang dapat memperburuk kondisi ini. Beberapa contohnya termasuk makanan dengan kadar sodium tinggi, gorengan, serta produk berbasis krim atau susu. Makanan-makanan tersebut tidak hanya membuat tubuh dehidrasi tetapi juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik seperti kembung.
Lebih spesifik lagi, makanan tinggi garam seperti mi instan dan camilan asin dapat membuat seseorang merasa lebih haus dan lemas akibat retensi cairan. Gorengan seperti chicken nugget atau onion rings tidak hanya sulit dipanaskan ulang dengan baik tetapi juga melepaskan aroma minyak yang tersebar cepat di area sempit seperti kabin. Produk berbasis susu seperti macaroni and cheese juga dapat memperlambat proses pencernaan dan memicu rasa mual. Untuk menjaga kenyamanan, disarankan memilih alternatif yang lebih ringan seperti buah segar atau sayuran rendah gas.
Selain dampak pada kesehatan fisik, ada juga faktor sosial yang harus dipertimbangkan ketika memilih makanan di pesawat. Beberapa bahan makanan dapat memancarkan aroma kuat yang tidak nyaman bagi penumpang lain. Hal ini sangat relevan dalam ruang yang terbatas seperti kabin pesawat. Contoh umumnya meliputi makanan berbahan dasar ikan, telur, serta bumbu tajam seperti bawang putih.
Makanan berbasis ikan seperti sandwich tuna atau salad telur dapat mengeluarkan bau yang menyengat jika disimpan tidak tepat. Bahkan ketika segar, telur yang dipanaskan dapat menghasilkan aroma yang cukup mengganggu bagi penumpang lain. Sayuran cruciferous seperti brokoli dan kembang kol juga dikenal sebagai penyebab produksi gas berlebih, yang tentunya tidak diinginkan dalam lingkungan yang rapat. Terakhir, bumbu kuat seperti bawang putih meskipun enak di darat, bisa mempertahankan aroma lama di udara, sehingga kurang cocok dibawa ke pesawat. Oleh karena itu, pertimbangan akan etika sosial menjadi elemen penting dalam pemilihan makanan selama penerbangan.