Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik mengalami rebound signifikan pada hari Senin (14/3/2025), seiring dengan penundaan kebijakan tarif baru yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan ini awalnya menargetkan barang elektronik konsumen, tetapi smartphone, komputer, serta perangkat dan komponen lain seperti semikonduktor mendapatkan pengecualian sementara. Meskipun demikian, ketidakpastian perdagangan tetap mengemuka karena pengecualian tersebut tidak bersifat permanen. Negosiasi perdagangan antara AS dengan negara-negara seperti Vietnam, India, Korea Selatan, dan Jepang juga menjadi fokus utama minggu ini.
Pada pagi hari di wilayah Asia-Pasifik, indeks-indeks utama melonjak tajam sebagai respons terhadap pengumuman penundaan kebijakan tarif oleh pemerintah AS. Di Jepang, Nikkei 225 membukukan kenaikan sebesar 1,82%, sedangkan indeks Topix lebih luas naik 1,77%. Di Korea Selatan, Kospi melonjak 1,29%, dan indeks berkapitalisasi kecil, Kosdaq, meningkat 1,22%. Sementara itu, pasar Australia juga merespons positif dengan kenaikan indeks S&P/ASX 200 sebesar 0,72%.
Futures untuk indeks Hang Seng Hong Kong mencatat level 21.059, menunjukkan pembukaan yang lebih kuat dibandingkan penutupan sebelumnya di angka 20.914,69. Dalam sebuah pernyataan di Truth Social, Trump menjelaskan bahwa produk-produk elektronik tersebut masih tunduk pada Tarif Fentanil 20% yang ada, namun mereka dipindahkan ke kelompok tarif yang berbeda.
Selain itu, negosiasi perdagangan antara AS dan beberapa mitra dagang strategis, termasuk Jepang, akan dimulai minggu ini. Akazawa Ryosei dari Jepang dijadwalkan untuk bertemu dengan pejabat senior AS guna membahas rencana kerja sama perdagangan. Saat ini, AS berupaya memperkuat hubungan dagang dengan mitra-mitranya untuk mengimbangi dominasi ekonomi China.
Dari sisi pasar AS, sentimen optimistis terlihat jelas setelah kenaikan signifikan pada hari Jumat lalu. Indeks S&P 500 naik 1,81%, Dow Jones Industrial Average naik 1,56%, dan Nasdaq Composite mencatat kenaikan sebesar 2,06%.
Dengan adanya langkah-langkah ini, investor tampaknya mulai meredam kekhawatiran terkait eskalasi perang dagang global.
Dari perspektif jurnalis, situasi ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar global terhadap kebijakan perdagangan yang diambil oleh negara-negara besar. Penundaan kebijakan tarif oleh Trump memberikan sinyal bahwa pemerintah AS masih mempertimbangkan dampak ekonomi jangka panjang dari keputusan-keputusan tersebut. Namun, ketidakpastian yang masih menyelimuti status pengecualian tarif menunjukkan bahwa risiko geopolitik tetap menjadi tantangan bagi pelaku pasar. Hal ini menekankan pentingnya diplomasi perdagangan yang efektif dalam menjaga stabilitas ekonomi global.