Gangguan ekonomi global memicu reaksi negatif pada pasar modal di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam hingga 9,19% pada pembukaan perdagangan hari ini. Kondisi tersebut mendorong Bursa Efek Indonesia untuk memberlakukan trading halt selama 30 menit sebagai langkah antisipasi terhadap gejolak pasar yang tidak terduga. Dampak dari kebijakan tarif oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah dirasakan secara luas, termasuk di Asia Pasifik.
Pergerakan saham di bursa lokal menunjukkan dominasi penurunan, dengan sebanyak 552 saham turun dan hanya sembilan saham yang menguat. Aktivitas perdagangan mencapai Rp1,93 triliun melibatkan lebih dari 1,59 miliar saham dalam ribuan transaksi. Kapitalisasi pasar pun menyusut drastis menjadi Rp10.218 triliun. Meskipun pasar global sudah mulai merespons kebijakan baru AS sejak pekan lalu, IHSG dan nilai tukar rupiah belum bereaksi karena masih libur panjang hingga hari ini.
Di kancah internasional, Wall Street menunjukkan perubahan arah yang dramatis. Indeks Dow Jones Industrial Average sempat anjlok lebih dari 1.700 poin sebelum akhirnya pulih signifikan, mencatat rekor perubahan arah terbesar dalam sejarahnya. Sementara itu, indeks Nasdaq Composite menguat tipis seiring minat investor terhadap saham teknologi besar seperti Nvidia dan Palantir. Secara paralel, pasar saham Asia-Pasifik juga menunjukkan rebound setelah pelemahan mendalam sehari sebelumnya. Nikkei 225 Jepang, Kospi Korea Selatan, dan Hang Seng Hong Kong semuanya naik signifikan, meskipun beberapa indeks lainnya masih menunjukkan kenaikan yang relatif kecil.
Situasi pasar saat ini mencerminkan pentingnya koordinasi kebijakan antarnegara untuk menjaga stabilitas ekonomi global. Perubahan arah pasar yang cepat dan drastis menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap keputusan politik dan ekonomi skala besar. Dengan kerja sama lintas batas, para pemangku kepentingan dapat membantu meminimalkan risiko ketidakpastian yang dapat berdampak pada semua pelaku pasar. Hal ini juga menegaskan perlunya kesadaran akan pentingnya diversifikasi investasi untuk menghadapi volatilitas pasar masa depan.