Pasar
Pelemahan Rupiah: Dampak Global dan Langkah Pemerintah
2025-04-30

Dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah menghadapi tekanan signifikan. Mata uang Indonesia hampir mencapai level Rp17.000 per dolar AS pada awal perdagangan pasca-Lebaran 2025. Ketidakpastian global menjadi salah satu penyebab utama pelemahan ini, dengan kebijakan suku bunga Amerika Serikat yang tidak sesuai harapan serta langkah-langkah proteksionis dari Presiden Donald Trump. Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa dinamika global memengaruhi rupiah lebih dari kondisi domestik.

Rata-rata year to date (ytd) rupiah berada di angka Rp16.443, sedikit lebih tinggi dari asumsi APBN sebesar Rp16.000. Fed memilih untuk hati-hati dalam menurunkan suku bunga karena perkembangan tenaga kerja dan inflasi. Hal ini menyebabkan aliran modal keluar menuju AS dan penguatan indeks dolar.

Tekanan Eksternal Terhadap Rupiah

Pelemahannya dimulai dengan ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat. Suku bunga acuan AS yang tidak sesuai ekspektasi mendorong capital outflow ke AS. Selain itu, kebijakan tarif impor agresif oleh pemerintah AS juga memberikan dampak negatif pada pasar keuangan global.

Kondisi ini membuat rupiah terus tertekan. Nilai tukar sempat menyentuh Rp16.950/US$ pada perdagangan hari kedua setelah libur Lebaran. Dinamika global tampaknya lebih berpengaruh dibandingkan faktor-faktor fundamental domestik. Meskipun rupiah telah menunjukkan performa stabil selama tahun ini dengan rata-rata ytd di angka Rp16.443, situasi global tetap menjadi tantangan besar bagi mata uang Indonesia.

Langkah Pemerintah Menghadapi Fluktuasi

Merespons situasi ini, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah saat ini lebih dipengaruhi oleh faktor global. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa meskipun rupiah melemah secara nominal, hal tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia.

Upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi meliputi pengawasan ketat terhadap arus modal asing dan kolaborasi dengan Bank Indonesia dalam mengendalikan volatilitas. Pihak berwenang juga terus memantau perkembangan suku bunga global dan implikasinya terhadap perekonomian nasional. Dengan demikian, meskipun ada tekanan eksternal, Indonesia tetap berupaya menjaga daya tahan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran.

more stories
See more