Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menjaga stabilitas keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dalam kuartal pertama tahun 2025, perusahaan berhasil mencatatkan peningkatan signifikan pada berbagai indikator kinerja keuangannya. Salah satu pencapaian utamanya adalah penurunan rasio kredit bermasalah yang menunjukkan efektivitas manajemen risiko. Berdasarkan data terbaru, rasio NPL turun dari 3,11% pada Maret 2024 menjadi 2,97% di periode yang sama tahun ini.
Kemajuan lainnya terlihat dari pengendalian Loan at Risk (LAR), yang juga mengalami penurunan drastis dari 12,68% menjadi 11,12%. Hal ini mencerminkan upaya serius BRI dalam memperbaiki kualitas portofolio kreditnya meskipun tantangan eksternal masih cukup besar. Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, menyatakan bahwa langkah-langkah pruden yang diterapkan telah membawa hasil positif bagi stabilitas keuangan bank. Selain itu, cadangan risiko yang kuat dengan coverage ratio sebesar 200,60% menunjukkan kesiapan BRI untuk menghadapi segala bentuk volatilitas perekonomian baik di tingkat domestik maupun internasional.
Dari sisi operasional, BRI tetap fokus mendukung sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hingga akhir triwulan pertama 2025, total penyaluran kredit mencapai Rp1.373,66 triliun, dengan UMKM memperoleh porsi terbesar sekitar 81,97%. Pencapaian ini tidak hanya memperkuat posisi BRI sebagai pelopor ekonomi kerakyatan namun juga berkontribusi besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru serta menekan angka kemiskinan nasional. Melalui pendekatan inklusif, BRI semakin memperjelas komitmennya untuk mendorong pembangunan nasional sesuai dengan visi Asta Cita Pemerintah RI.
BRI telah membuktikan dirinya sebagai lembaga keuangan yang tangguh dalam menghadapi dinamika pasar global. Dengan strategi manajemen risiko yang solid dan dukungan terhadap sektor produktif, bank ini memberikan kontribusi nyata bagi stabilitas ekonomi nasional. Langkah-langkah proaktif yang diambil oleh BRI tidak hanya melindungi asetnya sendiri tetapi juga membangun kepercayaan investor dan stakeholders secara luas. Keberhasilan ini menjadi contoh nyata bagaimana institusi keuangan dapat tumbuh secara berkelanjutan sambil tetap menjunjung nilai-nilai sosial dan ekonomi yang adil.