Arab Saudi, dengan statusnya sebagai pusat spiritual bagi umat Islam di seluruh dunia, juga memperoleh keuntungan besar dari penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. Menurut laporan dari Le Monde diplomatique yang berjudul "Saudi Arabia’s holy business," negara ini berhasil meraup pendapatan antara USD10 miliar hingga USD15 miliar setiap tahun dari pelaksanaan haji. Selain itu, umrah memberikan tambahan pendapatan sekitar USD4 miliar hingga USD5 miliar per tahun. Meskipun dikenal sebagai eksportir minyak terbesar dunia, Arab Saudi juga memposisikan dirinya sebagai penjaga dua masjid suci, yaitu Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Dengan demikian, kerajaan menggabungkan kedaulatan politik, agama, dan ekonomi dalam satu kesatuan.
Dalam panorama spiritualitas global, Arab Saudi memegang posisi strategis sebagai tuan rumah bagi jutaan Muslim yang menjalankan salah satu rukun Islam, yaitu ibadah haji. Setiap tahun, pada bulan Dzulhijjah, antara 2 hingga 3 juta peziarah berkumpul untuk melaksanakan ritual wajib ini. Pada masa puncak, seperti Ramadan, jamaah umrah juga meningkat secara signifikan hingga mencapai delapan juta orang. Penyelenggaraan acara-acara ini tidak hanya melibatkan tantangan logistik yang kompleks tetapi juga aspek sanitasi dan keamanan yang harus dijaga secara ketat.
Di sisi lain, kerajaan mendapatkan penghasilan besar dari aktivitas ini. Dari data yang dikumpulkan, pendapatan utama berasal dari biaya akomodasi, transportasi, serta layanan-layanan pendukung yang disediakan oleh pemerintah dan mitra swasta. Sebagai contoh, hotel-hotel di sekitar kota suci menawarkan tarif tinggi, sementara infrastruktur modern telah dibangun untuk memastikan kelancaran proses ziarah. Dengan kombinasi pendapatan dari minyak mentah dan ibadah agama, Arab Saudi mempertahankan posisinya sebagai pemimpin global di bidang ekonomi dan religius.
Berlokasi di Timur Tengah, Arab Saudi memanfaatkan statusnya sebagai penjaga dua masjid suci untuk memperkuat identitas negara dan legitimasi kepemimpinan Wangsa Saud. Bendera bertuliskan syahadat menjadi simbol pengingat akan tanggung jawab moral mereka kepada umat Islam global.
Sebagai hasilnya, upaya besar dilakukan untuk memastikan bahwa jamaah dapat menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman. Investasi dalam teknologi canggih dan sumber daya manusia profesional telah menjadi prioritas utama.
Dari perspektif bisnis, ibadah haji dan umrah adalah kontributor signifikan bagi perekonomian nasional. Namun, di balik angka-angka tersebut, ada nilai-nilai spiritual yang lebih dalam, yang terus dipertahankan oleh pemerintah Arab Saudi.
Selaku wartawan, artikel ini membawa kita untuk merenung tentang hubungan antara agama dan ekonomi. Bagaimana Arab Saudi berhasil menggabungkan kedua elemen ini tanpa mengorbankan esensi spiritualitas yang menjadi inti dari ibadah haji dan umrah. Ini menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan antara keuntungan material dan komitmen terhadap nilai-nilai keagamaan. Untuk pembaca, ini bisa menjadi inspirasi tentang bagaimana sebuah negara dapat memanfaatkan potensi uniknya untuk menciptakan dampak positif baik secara lokal maupun global.