Di tengah dinamika pasar global, mata uang rupiah menunjukkan tren penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Faktor utama yang mendorong kenaikan ini adalah pelemahan inflasi di AS serta kenaikan cadangan devisa Indonesia. Selain itu, kebijakan baru pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) turut memperkuat posisi rupiah dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Dalam sebuah pengembangan penting pada Senin (14/4/2025), nilai tukar rupiah melawan dolar AS ditutup pada Rp16.770 per dolar, naik sebesar 0,12%. Angka ini melampaui performa perdagangan sebelumnya yang berada di level Rp16.790 per dolar dengan penguatan 0,03%. Peningkatan ini tidak lepas dari penurunan indeks dolar AS (DXY) yang mencapai 0,66% menjadi 99,45 pada pukul 14:55 WIB, jauh lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang berada di angka 100,1.
Selain faktor eksternal tersebut, data resmi Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa cadangan devisa (cadev) Indonesia pada Maret 2025 meningkat sebesar US$2,6 miliar menjadi US$157,1 miliar. Lonjakan ini dipengaruhi oleh pembaruan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025 yang bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan dari sumber daya alam demi kesejahteraan masyarakat.
Berkaitan dengan kondisi global, tingkat inflasi tahunan di AS juga melambat hingga mencapai 2,4% pada bulan Maret 2025, turun dari 2,8% di bulan Februari. Penurunan ini lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%, sehingga memberikan tekanan tambahan terhadap dolar AS. Selain itu, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menunda tarif dagang selama 90 hari untuk sebagian besar mitra dagang AS, yang membantu meredakan ketegangan perdagangan global.
Berita ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang proaktif dapat memberikan dampak positif bagi stabilitas ekonomi nasional. Dengan adanya kenaikan cadangan devisa, BI memiliki ruang yang lebih luas untuk menjaga volatilitas rupiah di masa mendatang. Selain itu, langkah pemerintah dalam merevisi aturan terkait DHE SDA membuktikan komitmen untuk memaksimalkan potensi ekonomi domestik.
Bagi pembaca, pelajaran utama dari situasi ini adalah pentingnya adaptasi cepat terhadap tantangan global melalui kebijakan yang tepat sasaran. Dengan demikian, negara dapat tetap bersaing di panggung internasional sambil menjaga ketahanan ekonomi domestik.