Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi pada awal perdagangan Senin, 14 April 2025. Meskipun sempat berada di zona merah, indeks berhasil kembali ke zona hijau setelah dua menit. Kenaikan sebesar 0,23% membawa IHSG mencapai level 6.276,9 dengan transaksi yang melibatkan lebih dari satu triliun rupiah. Dalam minggu ini, pasar hanya akan beroperasi selama empat hari akibat libur Jumat Agung. Sentimen negatif masih mendominasi karena meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang telah menaikkan tarif impor masing-masing.
Pada pagi hari di Jakarta, para investor menyaksikan gerakan dramatis IHSG yang awalnya turun tetapi segera pulih. Pada pukul 09:04 WIB, IHSG naik menjadi 6.276,9, didorong oleh peningkatan harga saham di berbagai sektor. Total nilai transaksi mencapai Rp 1 triliun, melibatkan hampir 900 juta saham dalam lebih dari 70 ribu kali transaksi. Namun, atmosfer positif ini sedikit terganggu oleh kabar terbaru dari perang dagang global.
China baru saja memutuskan untuk menaikkan tarif impor atas produk AS menjadi 125%, sebagai tanggapan atas langkah serupa yang dilakukan oleh AS dengan menaikkan tarif impor China menjadi 145%. Langkah ini diperkirakan akan mulai berlaku pada Sabtu, 12 April 2025. Ketegangan ini tidak hanya mempengaruhi hubungan dagang kedua negara tersebut, tetapi juga memperburuk kondisi pasar modal di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dalam minggu ini, IHSG hanya akan beroperasi selama empat hari kerja karena adanya hari libur nasional Jumat Agung pada 18 April 2025. Selama periode ini, banyak data ekonomi penting yang akan dirilis. Bank Indonesia akan memberikan laporan cadangan devisa bulan Maret 2025, sementara itu data penjualan kendaraan bermotor serta neraca perdagangan China akan diumumkan pada Senin. Selain itu, pidato Ketua Dewan Gubernur The Fed AS, Powell, pada Kamis, 17 April 2025, juga dinantikan sebagai indikator potensial bagi arah kebijakan moneter AS ke depannya.
Dari perspektif seorang pelaku pasar, situasi saat ini menggarisbawahi pentingnya diversifikasi investasi dalam menghadapi volatilitas pasar. Ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia menunjukkan bahwa stabilitas pasar global sangat dipengaruhi oleh faktor geopolitik. Oleh karena itu, investor harus selalu waspada terhadap perkembangan internasional yang dapat berdampak langsung pada portofolio mereka. Selain itu, pengumuman data ekonomi domestik dan pidato pejabat sentral bank global menjadi elemen kunci yang perlu dimonitor secara cermat agar bisa mengambil keputusan yang tepat.