Pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi yang signifikan di awal perdagangan. Meskipun IHSG memulai dengan peningkatan singkat, ia segera berbalik ke zona merah dalam waktu singkat. Dalam dua menit pertama, indeks turun 0,25% hingga mencapai level 6.601,53. Aktivitas transaksi mencapai Rp 514 miliar melibatkan 691 juta saham dalam 40.237 kali transaksi. Mayoritas sektor perdagangan bergerak negatif, dengan sektor perindustrian mengalami pelemahan terbesar, sementara sektor kesehatan dan barang baku tampil lebih kuat.
Situasi pasar keuangan saat ini diprediksi akan sangat volatil karena banyak sentimen negatif dari luar negeri, terutama dari Amerika Serikat. Data ekonomi AS, seperti penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi, menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar. Kekhawatiran tentang dampak buruk dari kebijakan tarif Trump semakin meningkat. Selain itu, data Non-Farm Payrolls (NFP) dan laju pengangguran AS yang akan dirilis malam ini juga menjadi fokus utama pelaku pasar.
Data cadangan devisa Indonesia untuk Februari 2025 juga menjadi perhatian penting. Bank Indonesia (BI) akan merilis angka tersebut pagi ini. Cadangan devisa Indonesia pada Januari 2025 mencapai rekor tertinggi US$ 156,1 miliar, naik dari US$ 155,7 miliar pada bulan sebelumnya. Peningkatan ini didukung oleh penerbitan obligasi global pemerintah serta pendapatan pajak dan jasa. Cadangan tersebut cukup untuk membiayai 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang.
Pergerakan IHSG di awal perdagangan hari ini mencerminkan ketidakpastian pasar domestik dan internasional. Sentimen negatif dari ekonomi AS dan kebijakan tarif Trump menjadi faktor utama yang mempengaruhi stabilitas pasar. Di sisi lain, data cadangan devisa Indonesia yang kuat memberikan sedikit optimisme, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi. Pelaku pasar akan terus memantau perkembangan situasi untuk mengambil keputusan yang tepat.